Pada tahun 2018 aku sudah menulis draft mengenai beberapa cara memerangi pembajakan karya yang realistis untuk dilakukan. Hanya saja, tulisan tersebut tidak aku lanjutkan karena ada satu dan lain hal. Akhir-akhir ini, kembali marak mengenai gerakan untuk tidak memakai barang bajakan. Apakah bisa?
1. Sadarlah, Kita Semua Pernah Jadi Pembajak
Apakah anda setuju, kalau aku bilang bahwa kita semua pernah jadi penikmat hal-hal ilegal? Bahkan, kita semua pernah jadi pembajak yang seringkali tidak hanya membajak yang gurem tetapi juga kelas kakap.
Eh enak saja! Aku lho nggak pernah pakai barang bajakan!
Mungkin itu ego yang terbersit di benakmu.
Biar nggak jadi debat kusir, inilah daftar dosa terkait ijin dan hal ilegal yang mungkin kalian pernah lakukan:
- Mengendarai motor atau mobil tanpa SIM.
Hayo, siapa sih yang 100% dari 0 hingga mahir naik motor itu belajar di lembaga kursus mengemudi? Sebagian besar dari kita, termasuk saya, tentu pernah naik motor di jalan raya padahal belum punya SIM C. Dalih kita, ya kan belajar. Iya kan? Berlaku juga buat yang belajar naik mobil nih. - Belajar komputer pakai program bajakan.
Kalian pertama kali belajar komputer pakai sistem operasi apa? Kemudian pernah belajar ngetik hingga desain pakai software apa? Mungkin banyak diantara kalian akan menjawab: Ms. Windows, Ms. Word dan Corel. Nah, apakah semua software tadi, legal? - Menikmati film dan lagu.
Sejak jaman dahulu, namanya film bajakan itu sudah merambah di negeri kita. Bahkan kalau kalian masih ingat, VCD bajakan dijual terbuka di area mal, emperan toko hingga di lapak terminal bus dan stasiun bukan? Lantas bagaimana saat ini? Kita tahu bahwa kita sama-sama tahu, bukan? Jangankan download MP3 atau AAC, format lagu FLAC aja beredar banyak. Film terbaru? Mulai dari kualitas cam hingga blue ray juga ada. Apalagi yang sistem streaming, hitungan kurang dari 24 jam sejak streaming film hits yang rilis, sudah bisa lho ditemui film versi bajakan kualitas 720p plus subtittle-nya. - Fotokopi buku cetak.
Silakan tanya ke penjaga mesin fotokopi, berapa banyak buku cetak yang sudah disalin mesinnya? Atau, berapa banyak halaman buku yang aku dan kamu sudah salin saat kalian belajar di sekolah hingga kampus? Familiar gak dengan kalimat:
Fotokopi 1x, diperkecil 80% dan jilid soft cover saja ya Mas. Jadinya kapan?
- Akses jurnal penelitian secara ilegal.
Ini buat akademisi, mahasiswa dan kalian semua nih. Mau jenjang dan profesi apa saja (D1 hingga S3 serta PostDoc), bahkan dosen pengajar sekalipun, pernah ngga kalian mengakses web-yang-kalian-tahu-apa-maksudku itu buat bukain akses jurnalnya?
Contoh yang aku sebutkan di atas itu masih belum selesai, dan bisa sangat panjang. Intinya, diriku dan orang-orang yang aku kenal tuh ngga terbebas dari golongan penikmat sesuatu yang ilegal.
2. Mulai Terapkan Cara Memerangi Pembajakan Karya yang Kamu Bisa
Setelah sadar bahwa kita ada di hal yang salah, saatnya kita memulai detoksifikasi hal-hal yang ngga benar di hidup kita. Tentu saja, kita tidak bisa dalam waktu hitungan hari dan bulan bisa benar-benar terbebas dari semua hal ilegal tadi.
Cara memerangi pembajakan karya (digital dan fisik) yang bisa dimulai dari diri kita sendiri adalah:
- Beli lisensi software.
Ini cara pertama yang bisa kamu lakukan. Kamu tetap bisa menggunakan software yang kamu mau, tetapi dengan konsekuensi harga totalnya bisa relatif besar untuk penggunaan personal. Alternatifnya, kamu bisa mencoba adaptasi dengan software opensource. - Pakai software open source atau versi free.
Jawaban klasik, tetapi ya memang ini kuncinya. Windows 10 misalnya terlalu mahal, kamu boleh kok cobain Linux (misal Ubuntu, Mint dll). Atau, kamu bisa beli laptop yang sudah ada bawaan Ms. Windows-nya. Untuk alternatif Ms. Office, kamu bisa beralih ke WPS atau Libre. Sedangkan Corel bisa pakai InkScape. Photoshop? Kamu bisa pake Gimp. - Akses jurnal penelitian secara legal.
Ada dua caranya, yang pertama ya kamu cukup pakai jurnal-jurnal yang open access. Nggak puas? Cobain cara kedua, dengan perluas jaringan pertemanan kamu dengan mereka yang kerja atau sedang kuliah di universitas terkemuka. Dari mereka, kamu bisa minta tolong untuk mendownload jurnal yang kamu mau dengan legal. Hal tersebut dimungkinkan, karena umumnya universitas ternama berlangganan jurnal yang canggih canggih. - Tentang buku bajakan bagaimana?
Ini agak susah, karena meski saat ini sudah mulai tersedia buku digital … tetapi harganya mendekati harga buku fisiknya. Solusinya bagaimana? Paling realistis ya pinjam di perpustakaan. Atau, beli 1 buku tersebut untuk dipakai bersama-sama teman.
Di kampus aku dulu, untuk buku-buku yang mahal dan langka, disediakan di perpustakaan dan hanya boleh dibaca di tempat (tidak dapat dibawa pulang)
- Bayar streaming film dan lagu.
Saat ini, kalian bisa kok berlangganan N dan S (kalian tahu lah apa itu), untuk bisa streaming film dan lagu yang kalian suka. Kalau belum kuat bayar lisensi ya bisa pake mode streaming lagu gratisan. Kalau film? Kamu bisa lah nebeng ke akun temen atau berbagi langganan mode family.
Mungkin kalian akan bertanya, sudah sejauh apa aku meninggalkan hal yang nggak baik di atas ke yang lebih baik? Kita semua terus berproses, kok. Godaan ke arah negatif itu begitu mudah dan memang terasa menyenangkan.
3. Ironi di sekitar kita
Pernahkah kalian mendengar cerita sebelum pandemi COVID-19, bahwa ada bapak-bapak yang hampir selalu sholat wajib di masjid, kemudian mereka ghibah-in mereka yang belum bisa serajin mereka?
Aku lupa siapa yang menanggapi, tetapi seorang pemuka agama sepuh. beliau berpesan: “Ya kalau begitu ngga perlu ngomongin jelek, tetapi mendingan energinya buat ngajak mereka. Ngajaknya halus saja, kalau belum mau ya juga nggak apa-apa.”
Di dunia akademisi pun juga ada kejadian ironis. Ada seorang rekan lintas bidang yang kebetulan menulis buku pertamanya, kemudian menemukan fakta bahwa ada yang mengunggah sebagian halaman yang berisi inti tulisan dari buku itu.
Hasilnya bagaimana? Ada banyak yang mengakses bajakannya. Reaksinya bagaimana? Marah lah dia. Padahal, dia bisa sampai ke posisi saat ini dari sekian tahun ke belakang juga berangkat dari seseorang yang juga tidak lepas dari penggunaan jurnal hingga software ilegal.
Lantas, kalau bukuku dibajak, musti gimana dong?
Laporin ke pihak berwajib tentang pelanggaran hak cipta aja lah.
Hal senada juga begitu di dunia software bajakan, kalau kita masih menggunakan yang bajakan, ya ngga usahlah bangga diri. Kalaupun juga masih separo pemakai software bajakan (misal windows ori tapi office bajakan), ya ngga usah memandang jelek kepada mereka yang masih full bajakan.
Demikian juga kepada mereka yang punya privilege finansial kuat sehingga bisa beli semuanya secara legal, ya ngga usah mengejek mereka yang masih bergumul dengan barang bajakan.
Kalau kalian, ada pendapat apa nih…?
Lumayan banyak ya contoh kegiatan pembajakan yang nggak sadar Kita lakukan. Harus mulai menghargai karya orang lain nih
Iya nih tanpa sadar saya juga sering melakukan pembajakan krna suka baca ebook yang di download
Ups. Benar juga. Sadar nggak sadar kita semua termasuk diriku *eh pernah memakai barang bajakan. Jadi intinya kembali ke diri masing2 ya, nggak usah bangga pake barang illegal dan ngejudge orang lain. Termasuk kalau kita nggak pernah pake bajakan sama sekali. Noted banget nih
Hiks nonton drama Korea tapi tak berlangganan itu juga termasuk ikut mensejahterakan pembajakan ya?
Huhuhu saya sih langganan VIU, Netflix dan kawan-kawannya yang lain
aduh, aku jadi mengingat dosa-dosaku banyak banget, hahaha
yaaa kalau aku sih memang nggak bisa lepas dari pembajakan yang seperti itu karena keterbatasan dana ya
tapi sebisa mungkin aku usahakan dapatkan yang asli untuk menghargai karyanya
iya ya secara ga sadar dari dulu kita memang suka melakukan pembajakan karya
Skrang pelan2 mau mulai buat memperbaikinya termasuk nonton dan dengerin musik dr tempat yg resmi
Buku digital juga banyak yang dibajak. Dijual dalam bentuk pdf 5000an. Termasuk bukuku. Belum lagi yang memplagiat ๐
Pengakuan dosa, saya juga pembajak. Astaghfirulloh. Iya sih, memang kadang kita menganggap sepele hal-hal kayak gini. Ah, cuma Mp3 ini, ah jurnalnya kan seliweran di google. Hiks, hiks. Paahal pas kita baru satu atau dua kalimat di blog dicomot orang aja udah kayak kebakaran jenggot. Duh. Reminder banget nih.
banyak hal sederhana yang secara tak sengaja kita lakukan, tapi karena diriku kebanyakan bekerja bersama kalangan akademisi jadi kebanyakan pakai jurnal yang legal dan juga karena kerja di radio musik kebanyakan legal. Mari mulai dari kita sih ini
Hampir semua orang pernah melakukan pembajakan ya walaupun kecil-kecil. Duh aku dulu belajar naik motor & mobil juga belum punya SIM, setelajh bisa baru buat.
Tapi sekarang sedikit2 sebisa mungkin mulai taat kaya nonton film & dengar musik dari aplikasi yang legal. Tapi ga bisa dipungkiri juga sih kadang lolos masih pakai yang ilegal.
Ternyata aku juga melakukan hal-hal yg disebutkan di atas. Terutama sewaktu kuliah, hehe. Download jurnal, fotokopi buku teks, download lagu dan film…
Semoga makin kesini byk yg sadar ya. Dan dapet solusi jg seandainya masih kesulitan secara finansial utk menggunakan yg original
Eh, iya ya.
Fotocopy buku cetak, diam-diam akses jurnal penelitian, dan yang paling sering, menikmati film dan lagu ๐๐
Astaga, jadi hidup ini butuh banyak biaya ternyata ๐ญ๐ญ๐ญ
Wih aki jadi senyum senyum ngenes ya mas Ari. Inget diriku sendiri pas jaman kuliah wkwkwkwk.. ya Tuhan ampunilah kesalahanku hehhee. Ya kadang seseorang melakukan kegiatan pengkopian data itu untuk beragam alasan sih. Meski gak ada yg bisa dibenarkan. Jadi emang serba bingung, terutama utk mereka yang bener bener punya alasan yg masuk akal dan mesakke gitu. Hiks piye ya .. masih bingung. Tapi untuk yg levelan gede macam pembajakan cd lagu, film, dll sih pastinya big nono
Pernah suatu ketika ada diskusi di forum blogger khusus travel. Nggak ingat juga awal mulanya dari mana. Waktu itu ada seorang photographer memberikan saran : kalau membeli lisensi tahunan untuk photoshop dirasa berat, mungkin bisa membeli lisensis bulanan. Lebih ringan rasanya.
Adapula teman yang tiba-tiba mengatakan : wah aku gk mau kalau karya yang kita upload di bikin menggunakan software crack.
Sampai itu saya sadar. Oh iya menggunakan software downloadan juga upaya pembajakan. Jadi mungkin inilah saatnya memerangi pembajakan dari diri kita sendiri.
Kalau OS dan peranti lunak komputer, wah jelas dong banyak bajakannya. Alasannya karena mahal. Enaknya dulu pas masih kerja di kantor bisa nebeng instal karena satu CD utk beberapa unit laptop. Belum film bajakan. Untuk buku nih yang paling parah karena aku pernah kerja di penerbitan. Temen-temen penerbit ngeluh betapa masif peredaran buku cetak ilegal di marketplace. Udah diingatkan lewat japri, tapi secara umum sulit diberantas. Pasarnya besar ya itulah sumber masalahnya menurutku. Moga-moga deh pelan-pelan pengin pakai barang yg legal aja biar hidup tenang.
Duh jadi tersindir nih. Dulu aku 100% pakai software bajakan. OS-nya pun bajakan pula. Semenjak pakai Mac aku gak pernah lagi pakai software bajakan. Sudah tersedia banyak software di dalamnya. Lagian sekarang banyak juga yang free.
Sebenarnya banyak juga yang menyediakan software bajakan untuk Mac, misal Adobe, tapi aku pilih alternatif lain dulu deh.
Aku gak muna kalau masih suka hal-hal yang ilegal. Kaya dulu ke sekolah naik motor tanpa SIM dan surat-surat karena alasan jarak dan lainnya. Untuk beberapa hal, aku gak pakai bajakan dan sebisa mungkin pakai yang legal
huaaa yang poin fotocopy itu, padahal ya sudah ada tulisan peringatan di sampulnya, tapi masih saja dilanggar ๐
pelan-pelan ya harus segera sadar dan meninggalkan hal-hal yang tak baik ini. *jewer diri sendiri juga.
Wah saya semua itu, hahahaha… Mau berubah pelan-pelan, karena gak bisa sekaligus. Bahkan masih pakai windows 7 versi non ori. Mau beli yang ori, eh percuma yah, Windows 7 juga udah gak dapat update dari Microsoft.
Yuk mulai perubahan Pakde Ari.
Okey, aku ngaku kok aku termasuk pelaku dosa pembajakan. Sampai sekarang masih aja pakai beberapa software bajakan bahkan langganan beberapa aplikasi premium secara ilegal. Gimanapun, harus disiplinkan diri untuk nggak kayak gini lagi ya. Mas Ari kayaknya pernah cerita tentang seseorang yang istiqomah banget untuk nggak pakai yang bajakan. Dan salut sih sama orang in.
Nah aku tuh sering yang buku itu, meskipun gak sebuku-bukunya. Abisnya gimana ya? Kadang butuh buat baca di rumah. Apalagi zaman kuliah dulu, buku dosennya udah gak terbit lagi ๐.
Berat nih kalau udah ngomongin soal bajakan.
Aku mau mengakui dosa di jaman dulu banget pas masoh sekolah, suka jajan DVD bajakan drama korea dan anime. Huhu. Sekarang sih sudah langganan Viu makanya jadi berani share pengalaman nonton di blog.
Eh iya, kalau link dan donlotan tontonan di Telegram itu, hitungannya ilegal nggak sih, Mas?
Agak sulit rasanya lepas dari pembajakan.. hehehe.. Tapi setidaknya ini mengingatkan diri supaya mulai mengurangi membajak karya maupun fasilitas yang sebenarnya punya hak cipta.
Iya ya… Berada dlm bagian pembajakan bisa karena lingkungan yang membiasakan, contohnya fotokopi buku atau akses jurnal yang dibatasi. Apalagi ketika bagian software. Sebetulnya sih untuk tdk ada bajak membajak, harga buku atau software bs diberi harga murah dan ringan, krn itu bagian dari peningkatan belajar atau pendidikan.
Langsung makjleb pas baca : fotokopi buku cetak. Aduhay sudah berapa buku diktat kuliah yang sudah saya fotokopi T_T. Fix saya adalah pembajak.
Haha poin 1 ngena tuh, iya kita sebenarnya juga pembajak wkwkwk
Ahahahhaha banget…
huahahahaha aku sedikit mengakui ketika jaman masih muda nih mas Ari, alhamdulillah walaupun skrg masih muda tapi udah makin paham lah soal pembajakan karya ini well noted dan mending pinjam perpustakaan
Wahahaha…. ya begitulah mba Grandys ๐
duh ternyata “dosa” ya ngendarain motor ga pake sim. sering banget mamah lakukan untuk ke alfamaret dan indomart buat beli popok dan susu tanpa membawa stnk dan sim…hiks
Wahahahhaha. Kalau itu sih lumayan sering aku lakukan, hanya saja aku tetap pakai helm dan masker mba kalo ke toko meski cuma dekat saja.
Aku sepakat dengan bagian paling bawah. Eh apakah ini namanya pembenaran? Hehe.. faktanya sulit lepas 100 persen dari bajakan ini
Ahahah, kalau aku sih, yang penting ngga ada yg merasa bersih itu aja udah bersyukur .. minimal udah tahu kalau ada kekeliruan di situ.
Hadeuuh saya punya kenalan dosen HAKI pula, buat buku isinya bajakan smua, mau jadi apa negeri ini kl yg ngajarin ttg Hak Kekayaan Intelektual spt tu huhuuuu ironi negeriku.
Pernah nemu juga hal senada, jadinya ya begitulah … ๐
Jadi teringat dulu pernah anter Mahasiswa Prancis, muter-muter kota Bandung. Pas berhenti di Kota Kembang (dulu sebagai sentra CD, VCD Bajakan), dia takjub. “Kalau Bill Gates tahu, pasti kena serangan jatung dia,” komentarnya.
Ahahahha… ada CD isinya OS Win XP yang FCKGW … trs ada CD isinya lengkap mulai dari office, acd see hiingga photoshop kompliiittt ๐
Tanpa sadar kita juga terjebak dalam putaran yang salah ya mas. Aku sebagai guru SD suka juga nyaranin orang tua untuk ngopi buku bagus yang kupunya. Misalnya buku baca. Sebenarnya gak boleh ya mas. Nah kalau nyaranin beli malah bisa bisa aku yang kena dikira jual beli buku.
๐ Kita semua pernah di sepatu yang sama, Mba.
Halo kak ari,
Bicara soal bajak membajak nampaknya kita semua pernah lah ya melakukan “dosa” ini. Yah minimal download mp3 atau nonton film streaming. Berlangganan N dan S mungkin salah satu solusi nya. Tapi dibalik aksi pembajakan ini, terkadang ada beberapa pihak yang diuntungkan. Di dunia musik indie, secara finansial mungkin dirugikan karena beberapa lagu mereka nongkrong manis di CD mp3 bajakan yang beredar di pasar atau tukang jualan CD pinggir jalan. Tapi, secara tidak langsung diuntungkan juga. Lagu mereka jadi dikenal di kalangan masyarakat dan lambat laut jadi kenal mereka dan si band indie pun banjir job offline. Misalnya, rocket rockers dan lain sebagainya.
Tapi tetep ya, kalau bisa memang seminimal mungkin mengurangi lah aksi membajak di bidang entertainemnt atau edukasi secara online ya. Kalau membajak sawah, boleh lah \ยฐ0ยฐ/
Untuk band Indie, kok aku malah yakin mereka lempar gratis biar dikenal. Hal tsb wajar. Hanya saja… nantinya, ketika sudah terkenal dan ada d label bagus, yakin deh mereka bakalan protes mengenai pembajakan.
ada beberapa memang yang sengaja begitu, tapi gak semua begitu sih kak. ini semacam trick yang tricky ya, hehe. alhamdulillahnya band suami walo indie gak pake cara ini sih, malah dibagi gratis di bandcamp. bagi yang mau beli silahkan, bagi yang mau denger+donlot gratis ya silahkan di bandcamp. bagi yang pengen nonton live, undanglah ke acara live. tapi sekarang gak bisa karena pandemi
Iya mba, setuju…
Jadi inget zaman sekolah, ada aja yg ngajakin “mo ikut fotocopy ga? sekalian”…”Ikutยฒ!”…Trus ga dibaca. Ringan aja fotokopi, alasennya ga u komersil ini.
Ampun deh…
Udh diturunin buku fotokopian dr rak.
Maluยฒin aja…Haha…
๐ Begitulah, Mba..
Waduh jadi ketampar banget hehee. Kalau soal software kayaknya juga banyak yg pakai bajakan sih. Tapi kalau buku masih sebel kalau ada yang beli bajakan dan baca yang bajakan juga. Perasaan apakah ini? hahaha ngga adil banget yah
Ahahahhaha… aku pun demikian. Sepertinya semua orang begitu deh. Ahahaha.
Hiks bener banget, gak menyangkal deh kalo soal bajak membajak, apalagi pas zaman mahasiswa, jelas banget. Skrg karena udah makin paham, maka meminimalisir bajak membajak itu, โค๏ธ
Iya mba, meminimalisir sejauh apa yang kita mampu… Smoga kita semua di masa depan bisa segera full gak pakai barang bajakan…
Semua orang pernah jadi pembajak. Saya pun juga, apalagi waktu masih berstatus mahasiswa. Bener banget itu, hobi memperkecil ukuran foto kopi buku supaya hemat uang, dll. Intinya semua orang pernah berbuat hal itu. Namun, jangan sampai tuman, artinya dilakukan terus-terusan. Ya mas ya. Hihihi.
Betul. Ngga boleh tuman, ketika sudah mulai mampu ya sebaiknya beli secara legal. Tentu bertahap.
Eh, sampai sekarang yuni nggak punya SIM. Termasuk pembajakan juga ya. Aish… Ayo buat SIM lah kalau begitu…
Ayo mba, bikin SIM. Biar aman dan nyaman dalam berkendara.
Ada dilema tersendiri tentang mengkopi buku cetak. Dulu pas kecil, guru-guru sering meminta untuk menfoto kopi buku pelajaran agar boleh dibawa pulang. Setelah sekarang saya tahu lebih kurang tentang dunia kepenulisan dan penerbitan, ada rasa bersalah atas tindakan masa lalu. Tapi sampai sekarang pun masih ada tindakan seperti itu dengan keterbatasan yang macam-macam. Jadi bingung.
Bener banget. Ngga bisa memang, dalam hitungan hari bahkan bulan, kita semua bisa terbebas dari kemungkinan yang “nakal-nakal” gitu.