Kalimat tanya pada judul postingan ini sering menghiasi kepalaku beberapa bulan terakhir.
Bagi pecinta sastra, bisa jadi akan menjawab: “Aku itu adalah buku karanganĀ Sjuman Djaya, yang mengisahkan tentang salah satu penyair hebat Indonesia, Chairil Anwar.
Tapi bagiku, pertanyaan “aku itu apa?” Lebih ke arah kegalauan jati diri. Lhoh kok baru nanya itu sekarang? Maksudnya gimana? Kemarin2 kemana aja mas? š
Hahaha… nggih mas mb, njenengan leres alias yes, you’re right… Bagi sebagian orang (yang entah jujur atau gak) mereka mengatakan bahwa: “Seorang arigetas itu adalah contoh bagaimana enak-enaknya menjadi orang”… “punya A, B, C, … Z, hidupnya bla bla bla”. Jadi, buat apa aku menanyakan hal itu?
Hhmph.. wait… what..?? Jujur, sampai bingung aku menanggapinya. Ini semua sepertinya karena Allah SWT masih berkenan menutupi aib-aibku yang buanyak ini. Intinya, merujuk kalimat dari salah satu sahabatku: Yes, pencitraan yang dilakukan berhasil..! Hahahahaha.
So, let me tell you something…
Sebenarnya, diri ini hanyalah si remah-remah roti, yang sebenarnya kadang hanya dilihat ketika masih tersisa di piringnya .. Wah .. enak ini. Padahal, ya hanya remah-remah roti. Yang beneran enak ya rotinya. Dan apakah anda tahu, kalau saya itu pengen jadi roti-nya… dan bukan remah-remahnya?
Menengok ke masa lalu, ada banyak sekali penyesalan dalam diri. Ada banyak hal yang aku sebenarnya ingin mencoba hingga akhirnya akan menggiringku ke arah “siapakah aku itu sebenarnya”.
Nah, terus, di usia yang bisa dibilang sebenarnya sudah pertengahan ini, apa yang harus aku lakukan? Nah itulah..Ā Muncullah pertanyaan itu.. juga rentetan pertanyaan hidup lainnya.
Ada banyak cita yang ingin kugapai.. tentu saja ada cinta yang hanya bisa diangan.
Akan tetapiĀ hidup tidak bisa diandai.. yang pasti bisa hanyalah dilakukan.
Leave a Reply