Artikel kali ini saya tuliskan setelah banyak berdiskusi di grup Whatsapp. Pertanyaan utama dalam diskusi itu adalah jadi pekerja freelance apa tantangan dan solusinya? Dari pertanyaan dasar ini akhirnya saya menuliskan artikel ini sebagai jawaban berdasarkan pengalaman saya dan Pewe sebagai pekerja freelance.
~ Monica Anggen, 2020
Jadi Pekerja Freelance, Apa Tantangan dan Keuntungannya?
Namanya bekerja sebagai freelancer ya pastilah ketidakpastian jadi “makanan” sehari-hari. Kebetulan saya dan Pewe sama-sama freelancer sejak tahun 2017. Kami sama-sama tak tahu kapan pekerjaan akan datang. Artinya, pemasukan ya baru datang setelah kami mendapatkan pekerjaan dan berhasil menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik.
Tantangan jadi pekerja freelance bagi kami ya lumayan banyak ya. Secara manusianya, kami tetap butuh pemasukan untuk menjalani hidup dengan baik, apalagi dengan adanya anak yang juga membutuhkan biaya pendidikan, biaya hidup, dan sebagainya.
Beberapa tantangan jadi freelancer yang kami rasakan, antara lain:
1. Pemasukan yang Tidak Pasti
Point utama dan tantangan yang kami anggap paling berat selama menjadi pekerja freelance ada di point satu ini. Alasannya, kami tak pernah tahu kapan bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Dengan ketidakpastian pemasukan ini, otomatis kami harus mengatur pola kerja dalam mencari peluang, bahkan harus memiliki target tiap bulan yang kami review bersama-sama.
Solusi yang kemudian kami terapkan untuk tantangan ini adalah membuat target tiap bulan, mengambil langkah-langkah untuk mencapai target tersebut, melakukan review dan perbaikan jika perlu, dan kembali menyusun langkah untuk bulan depan.
Contohnya begini: di bulan Januari, kami akan membuat daftar pekerjaan apa saja yang bisa kami lakukan sekaligus langkah-langkah yang diambil. Kemudian mulai menjalankan setiap langkah sampai salah satu pekerjaan di daftar bisa terwujud. Satu pekerjaan artinya satu pemasukan akan kami dapatkan. Jika ada lebih dari satu pekerjaan, maka ya bersyukur banget.
Bulan kedua dan selanjutnya kami akan melakukan hal yang sama. Terus bergerak untuk mendapatkan peluang. Karena satu pekerjaan yang berhasil diselesaikan belum tentu mendapatkan hasilnya di bulan yang sama, maka perlu mencari akal lain untuk mendapatkan peluang dengan bayaran cepat. Tapi dengan sejak awal mengatur tiap bulan ada progres kerjaan maka penghasilan bisa masuk tiap bulan juga.
2. Jam Kerja Pekerja Freelance Terlalu Bebas
Jam kerja yang bebas ini seperti buah simalakama, ada keuntungannya, tapi juga bisa jadi tantangan yang harus dicarikan jalan keluarnya. Contohnya, karena jadi pekerja freelance tidak ada kewajiban untuk bekerja dari jam 8 sampai jam 5 sore, maka harus kami sendiri yang menentukan kapan jam kerja kami.
Kadang, jam kerja yang terlalu bebas membuat kami bisa saja jadi sangat santai. Kami baru mulai panik ketika mendekati deadline dan ini sungguh hal yang salah. Pengelolaan jam kerja yang kurang baik bisa membuat banyak pekerjaan jadi tak maksimal, atau malah menumpuk dan akhirnya tak bisa selesai.
Belum lagi jika ada anak yang juga membutuhkan perhatian dan bimbingan, lalu ada pula pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan. Jika manajemen waktu berantakan maka seluruhnya jadi berantakan.
Solusi yang pernah kami ambil untuk mengatasi hal ini adalah bagi tugas dan komitmen yang harus ada di pihak suami maupun istri untuk menyelesaikan tugas yang telah disepakati.
Contohnya: Pekerjaan A adalah pekerjaan suami dengan deadline ketat. Sementara saya pegang pekerjaan B. Kami akan sepakat untuk mengerjakan pekerjaan kami masing-masing di jam tertentu setiap harinya. Misalnya suami siang, dan saya malam. Ketika suami kerjanya siang, maka urusan rumah dan anak, saya yang pegang. Nanti saat giliran saya yang bekerja, suami akan urus hal-hal lain yang ada di rumah.
Related Post:
> Cara Menjadi Suami Siaga
> Membangun Privilege untuk Anak
Ngomong-ngomong, karena sekarang anak kami sudah remaja dan tinggal sama orangtua di kota lain, otomatis kami tinggal berdua saja. Kesepakatan pun disesuaikan dengan perubahan kondisi ini. Pekerjaan rumah kami kerjakan bersama agar cepat selesai.
Contoh lagi saja ya biar mudah: ketika suami masak sarapan (misalnya ya ini, dan memang sih dia yang lebih pandai memasak daripada saya), maka saya cuci baju. Kami berusaha menyelesaikan bagian kami bersamaan supaya begitu suami selesai masak, maka dia bantuin saya jemur pakaian dan saya bisa lanjut cuci-cuci peralatan masak. Kemudian bersih-bersih rumah bareng sebentar. Setelahnya, kami akan buka laptop masing-masing untuk mengerjakan pekerjaan yang jadi tanggung jawab kami.
3. Masalah Ego Pribadi
Penggunaan kata ego di sini mungkin kurang tepat ya. Maafkan. Tapi yang saya maksudkan adalah kadang suami atau istri akan “terusik” egonya jika salah satu mendapatkan hasil yang lebih baik. Bisa jadi bulan ini suami yang ternyata lebih banyak mendapatkan pekerjaan. Di bulan lain, bisa jadi saya yang mendapatkan peluang, sementara suami sama sekali tidak ada.
Karena sama-sama freelancer, kadang masalah ego pribadi ini bisa jadi tantangan juga lho. Akibat tak mendapatkan pekerjaan, yang artinya tak ada pemasukan, lalu merasa minder dan jadi merasa kurang berperan dalam rumah tangga. Padahal namanya rezeki rumah tangga itu, bisa masuk dari suami, bisa masuk juga dari istri.
Solusi yang kami ambil untuk mengatasi tantangan ini dengan transfer skill dan bagi tugas. Jadi ketika kebetulan yang mendapatkan beberapa pekerjaan adalah saya, ya konsep pekerjaan itu akan saya terangkan ke suami terlebih dahulu, dan nanti dia akan menentukan kira-kira bisa bantu di bagian yang mana.
Sebaliknya juga begitu, ketika suami yang mendapatkan pekerjaan, dia akan menerangkan konsep dan hal-hal penting terkait pekerjaannya, mengajarkan beberapa hal kepada saya, sehingga saya bisa bantunya supaya pekerjaan bisa cepat selesai.
Satu pekerjaan yang dikerjakan bareng-bareng akan punya hasil yang lebih baik mengingat yang berperan adalah dua pikiran, bukan hanya satu. Pekerjaan tersebut juga jadi bisa cepat selesai. Otomatis bayaran juga bisa cepat diterima. Jika kami berdua tak sanggup mengerjakannya, ya ajak teman-teman saja untuk ikut mengerjakan bareng-bareng.
4. Pengelolaan Keuangan Wajib Dilakukan
Pekerjaan yang datangnya tidak pasti jelas membuat pendapatan yang masuk juga tak pasti. Untuk itu perlu pengelolaan keuangan yang cermat dan konsisten juga. Mengenai pengelolaan keuangan ini, kami berdua mau tak mau belajar banyak dari berbagai buku, artikel, dan pernah pula ikut kelas belajar mengelola keuangan.
Di masa awal menjadi freelance, jujur ya sempat juga kocar-kacir sih keuangan kami. Tapi sejalan dengan waktu yang mulai diatur dan dikelola dengan baik. Caranya, setiap ada satu project/pekerjaan yang selesai dan mendapatkan bayaran, hasilnya itu langsung kami bagi.
Pakai contoh kasus lagi ya… hahaha. Misalnya nih pekerjaan A selesai dengan bayaran Rp3.000.000,- sistem pembagiannya begini:
- Penghasilan langsung dibagi 2 (50%) dulu, jadi ada 2 nominal Rp1.500.000.
- Nominal Rp1.500.000,- yang pertama akan kami bagi 2 lagi sebagai penghasilan kami masing-masing (ini jika pekerjaan itu kami kerjakan bersama-sama) sehingga baik saya maupun Pewe sama-sama menerima Rp750.000,- Dan dari penghasilan masing-masing ini kami membiayai kebutuhan harian.
- Masih ada kan ya nominal 1,5 juta yang kedua? Nah ini akan kami lagi berdasarkan pos-pos kebutuhan hidup:
- 25% dari nominal ini langsung masuk dana tabungan dan investasi.
- 25% untuk liburan keluarga
- 25% untuk kebutuhan anak
- 25% untuk lain2 (untuk derma, kasih orangtua, bantu saudara/teman yang membutuhkan, atau bisa juga untuk upgrade skill dengan ikut kelas, workshop, seminar, atau beli tools)
5. Nyinyiran Keluarga Besar Kepada Pekerja Freelance
Poin terakhir ini poin yang paling tidak penting tapi juga penting nih sehingga saya taruh di tantangan terakhir. Pewe sempat minder parah (sampai sekarang kadang masih suka kambuh) karena nyinyiran keluar besar. Bagi kebanyakan orang, pekerjaan sebagai freelance itu bukan kerjaan, tapi sama nilainya dengan pengangguran.
Nyinyiran dari keluarga besar ini punya dampak yang lumayan lho kalau kami tak bisa mengatasinya. Seperti bara dalam sekam yang bisa jadi api kalau dibiarkan. Solusinya adalah komunikasi antara dua pihak, yaitu saya dan pasangan.
Hidup ini kami yang menjalani, kan? Otomatis apa pun yang kami lakukan dan jalani adalah tanggung jawab kami. Orang luar, termasuk dalam hal ini keluarga, boleh kasih saran. Namun, saran itu tidak serta merta juga harus kami lakukan. Ambil baiknya, buang yang kurang bisa dilakukan. Tutup telinga setelahnya… hehehe.
Hidup dengan berusaha menyenangkan orang lain tapi tak membuat diri senang ya buat apa, kan? Hidup dengan terlalu sering sering mendengar kata orang hingga mematikan produktivitas diri sendiri dalam berkarya juga tak ada gunanya, kan? So, jalani saja hidup dengan sebaik-baiknya. Tuhan sudah pasti akan mengaturkan yang terbaik untuk setiap orang selama dia mau berusaha dengan sepenuh hati.
Semoga artikel yang berjudul Jadi Pekerja Freelance, apa tantangan dan solusinya? bisa bermanfaat dan bisa berbagi sedikit inspirasi. Jangan takut untuk jadi freelancer karena saat ini lapangan kerja begitu luas untuk para freelancer lho. Cari dan temukan. Terus saja bergerak itu kuncinya menemukan peluang. Untuk cerita lainnya, bisa meluncur ke Blog Monica Anggen ya.
Aku jenis orang yang gak bisa kalau oemasukannya gak stabil. Makanya sampai sekarang memutuskan untuk gak freelance padahal bisa lebih fleksibel waktunya.. mungkin suatu saat aku bisa menyahut tantangan itu..
Sama mbak. Aku tipe yang pemain aman sih…. belum berani terjun full …
Saya juga pernah jadi pekerja freelance. Dan memang tantangannya cukup banyak… Saat beralih jadi pekerja kantoran pun juga harus banyak menyesukaikan, jadi apa pun pekerjaannya harus wang sinawang…
Paling enak memang, pekerja kantoran tetapi bisa bagi waktu buat ngejob blogger ya mb.. etapi konsekuensinya… istirahatnya kurang. hahaha.
Pernah jadi pekerja freelance, dan aku merasakan hal-hal, tersebut, hahaha… Sekarang banting stir jadi kerja kantoran, tapi tetep freelance kecil-kecilan…
Wah… berarti sisi lain ini. Dari freelancer ke pekerja kantoran 🙂
pekerja freelance itu emang kudu kuat mental ya, sama nyinyiran keluarga besar. Salut sama mbak Mon dan mas Pewe yang tetap kompak jadi freelancer sampai sekarang
Setuju, mbak.
Semuanya menantang ya
Tapi banyak juga yg berhasil
Kl saya freelance nya baru sanggup sbg support profesi aja deh hehe
Tosss…!
Saya juga sama, Kak. Ngeblog baru sebatas sesempatnya dan untuk bayaran listrik bulanan rumah aja udah seneng 🙂
Belum tahu dia kalau jadi freelance itu sekali tepuk langsung bisa buat makan setahun. Habis nepuk langsung liburan, keren kan… 🙂
Saat sudah berhasil, mau profesi apapun bisa begitu, Mas 🙂
Ehehehehe
Ponint 5 kak, kata-kata nya kalaupun tidak ada pekerjaan tetap tapi kakak tetap bekerja tentunya dan berpenghasilan. Semangat Insya Allah berkahnya kak Aamiin.
Aamiin.
Mengatur waktu bekerja nih yang sering jadi kendala aku. Kalau belum mendekati deadline ya mager berat. Sebetulnya freelance itu berporensi di jaman sekarang. Tapi juga harus pinter pinter ngatur waktunya. Thanks tips nya Mas Aru
The Power of Kepepet.
Btw ini postingan dari mba Monica lho mbak Prajna… 🙂
Bener banget point 5 nyinyiran keluarga besar kepada pekerja freelance memang yang paling bikin sabar gak ada habisnya. keren mas artikelnya sukses terus untuk teman-teman Freelance.
Alhamdulillah artikelnya bisa dinilai bagus. Btw, ini buah pikirannya mb Monica ya kak 🙂
Dulu pernah pas jaman masih jadi job seeker, nyobain kerja online freelance. Terus bisa beli hp sendiri. Agak kaget sih ortu darimana dapet duit padahal masih belum “kerja”, tapi aku cukup bangga dan seneng bikin ortu penasaran hihi
Wahahahahaha… Bisa membeli barang dengan uang hasil pendapatan sendiri itu memang rasanya luar biasa ya mbak 🙂
Saya merasakan banget 2 tantangan pertama, karena saat ini masih berharap dapat pekerjaan freelance–sementara menyelesaikan urusan di kampus. Artikel ini memberikan dukungan moral kepada saya. Trims Mas Ari dan Mbak Monica
Alhamdulillah. Ikut bahagia mas, karena artikel yang ditulis mb Monica ini bisa memberikan aura positif buat Mas Fadli.
Semoga juga bisa memberikan aura positif juga kepada pembaca yang lain 🙂
Bener banget sih penghasilan tidak pasti, jam kerja terlalu bebas dan pandangan keluarga bahkan orang sekitar itu suka dinyinyirin 😀 Reminder banget nih buat aku, harus menabungkan sebagian penghasilan 🙂
Iya nih mba. Aku juga belum melaksanakan yg bagian investasi 🙂
Saya ibu rumah tangga dengan anak balita umur 3 tahun, suami kerja di luar kota. Kalo lagi banyak deadline, saya harus ambil keputusan buat gak rapi-rapi rumah. Hahahah. Rumah berantakan sebodo teuing lah. Hihi.
Dulu saya sering kepikiran kalo dibilang nganggur dan disuruh daftar PNS, tapi kalo sekarang saya bisa buktiin kalo freelance itu bisa jadi bekal hidup, asal rajin.
Alhamdulillah. Sukses terus mba Icha 🙂
Temen²ku banyak yg freelancer, ada yg solo karir, ada yg bikin konsultan. Kuliat sih finansial mrk lebih mapan. Eh…tapi aku liatnya skrng lho ya. Engg liat jatoh-bangunnya. Perlu perjuangan ber-tahun² sih…
😀
Seringkali, saat kita melihat bagaimana mereka yang mapan sekarang tuh sepertinya keliatan mudah banget.
Padahal waktu jatuh bangunnya, yakin deh berdarah-darah 🙂
Freelancer banyak banget tantangan selain nyinyiran keluarga, ada pertemuan suatu organisasi ditanya atau tulis pekerjaan atau kerjanya dimana. Untuk perencanaan kak arie bener banget harus bisa mengatur keuangan karena ga pasti,dan ga bisa melakukan pengajuan kredit apapun kalau pekerjaannya freelancer. Tapi aku salut sama freelancer yang udah bisa beli apartemen dengan uang cash lohh. Keren ya. Semoga semua para freelancer dimudahkan rezekinya karena selalu pakai cash tidak ada hutang huhuhuhu.
Aamiin. Freelancer semoga selalu diberikan kesehatan dan kebarokahan dalam setiap rejekinya.
Wah kayaknya saya harus belajar lagi buat saving nih, biasa saya cuma ada 2 post aja. Btw Keluarga besar ini memang kadang kejaaam banget. Saiya yang notabene istri yang harusnya duduk santai dirumah aja kena nyinyiran, serius cuma bergantung sama suami? Kalau laki mu amit -amit …. &… Gimana? Padahal yang ngomong gitu mamer hahaha ampun deh …
🙂
Di circle pertemanan aku juga mirip mbak. Seringkali ibu mertua dengan menantu perempuan tu berbeda pendapat, meski untuk hal sekecil apapun.
Buat sy Freelance justru pekerjaan.idola karena tdk terikat di satu tmpt dan bisa lbh eksplor diri..cuma ya itu omongan tetangga ttg freelance agak gimn gitu..sy sih cuek aja.. wong kalo sy ga pnya garem dapur buat masak mereka juga ga bisa kasih.ke sy wkwk..
Bener banget. Kadang gemes juga saat ini di era 4.0 pun, masih banyak masyarakat yang menilai pekerjaan ideal adalah punya gaji bulanan dan kerja kantoran.
Tantangan lain yg belum ditulis adalah mengenai sinyal dan jaringan. Kalau ada deadline yg mesti dikerjakan trus tiba-tiba gak ada jaringan atau listrik mati bisa bisa pekerjaan lepas. Di kota mungkin jarang terjadi tapi kalau di desa pelosok itu sudah biasa
Wahahaha.. bener bgt … Selalu sedia backup jaringan internet 😸
Manajemennya bagus banget, selama disiplin itu saya yakin jadi pekerja freelance lebih menghasilkan ya mas. Dan poin terakhir, nyinyiran keluarga itu udah pasti adaaaa. Jangankan jadi pekerja freelance, saya saja yg jadi karyawan swasta dinyinyirin. Kenapa gak jadi PNS aja di Kehutanan? Kamu mah pasti lolos. Kamunya aja yg gak mau. Apalagi kalo dulu saya freelance? Bisa-bisa saya dicap pengangguran terus. Hahaha.
Ahahaha. Kalau masalah dinyinyirin, mo profesi apa juga kalo gk sesuai “standar umum” sih sering bgt dikomen gak enak 🤓
Freelancer juga bisa sukses kok. Sukses itu kan relatif ya, jadi selama yang menjalani bahagia dan konsisten untuk memenuhi kebutuhan keluarga, nggak ada masalah dong.
Betul.. freelancer bukan berarti nggak bs sukses, cuma scr umum perlu effort lebih krn fee dapet dari project ke project …
Tapi jadi freelance lebih banyak untungnya ya mas. Punya banyak waktu untuk keluarga. Meski suka dinyinyiring. Tapi inilah hidup kita. Kita yang jalani. Orang lain hanya bisa komentar saja. Hehehe by phone syam
Ada plus minusnya, kok Kak 😊
Kalau saya sendiri kebetulan pekerja kantoran dan online hanya merupakan pekerjaan sampingan alias se sempatnya sih 🥰