Menjalani kehidupan rumah tangga tetapi saling berjauhan alias long distance marriage (LDM) adalah bukan hal mudah. Seorang ayah yang ada di luar negeri dan dua orang anak yang dalam asuhan seorang istri tentu bukanlah gambaran keluarga yang ideal. Sebagai seorang suami dan ayah dalam LDM, aku tidak ideal dalam hal parenting ayah jarak jauh, terutama dalam quality time bersama anak.
Penyebab Long Distance Marriage (LDM)
Terdapat banyak hal penyebab LDM. Kebanyakan karena si ayah/suami mempunyai pekerjaan di kota lain, sedangkan keluarganya di kota yang lain pula. Alasan kenapa mereka tidak tinggal di satu lokasi yang sama, juga bervariasi, misalnya:
- Kota tempat kerja Ayah tidak ramah anak.
Misalnya sang ayah mendapat pekerjaan baru, di kota industri yang tidak bagus untuk perkembangan kesehatan anak. Anak biasanya akan tinggal bersama ibunya, di kota yang mereka nyaman. - Anak sudah settle alias mapan di kota lain.
Misal awalnya sekeluarga tinggal di kota S, kemudian sang ayah mendapat pekerjaan di kota T. Juga, si anak sudah bersekolah di kota S, apalagi istri juga lebih dekat dengan keluarga besar. Kondisi demikian membuat si Ayah yang berjauhan. Bisa juga, mereka LDM bukan karena pekerjaan, tetapi karena si ayah atau ibunya tugas belajar. - Terdapat permasalahan keluarga.
Kejadian ini paling buruk. Misalnya karena ayah dan ibu saling berantem, tetapi mereka tidak ingin pernikahannya bubar. Solusinya, ayah dan ibu tinggal terpisah. Si anak bisa ikut si ayah, ataupun si ibu.
Fungsi Parenting Ayah dari Jarak Jauh itu Tidak Optimal
Ketika ayah terpisah dengan anak-anak dan sang istri, maka fungsi parenting dari ayah dan ibu kepada anak akan timpang. Laki-laki dan perempuan sering digambarkan bahwa mereka setara, tetapi tidak sama. Seorang ibu saja tidak akan pernah bisa optimal berperan ganda menggantikan fungsi ayah. Demikian juga sebaliknya.
Untuk meminimalkan pengaruh negatif dari terpisahnya ayah dan keluarga, bisa dilakukan hal-hal berikut:
- Melakukan video call berkualitas.
Saat ini, berinteraksi dengan anak itu mudah dilakukan. Misalnya menggunakan WhatsApp. Kalau ingin sambungan yang lebih private, bisa menggunakan Signal. - Beri hadiah kejutan ke anak dari jarak jauh.
Setiap orang pasti suka dengan hadiah. Misalnya, saat berjauhan dengan anak, ayah dapat membeli buku ensiklopedia favorit anak secara online. Kemudian saat video call, buku tersebut bisa dibahas bersama-sama. - Lakukan kuis sederhana dan lucu.
Aria dan saya misalnya, sering kami melakukan tebak-tebakan receh. Juga, kami sering tebak gambar misalnya tebak merek mobil, yang logonya dicoret-coret. Kadang juga tebak-tebakan nama hewan dengan menyebut ciri-cirinya.
Hal Tersulit Bagi Ayah Saat Parenting Jarak Jauh
Selama sekian tahun hidup terpisah dari anak dan keluarga, pasti ada hari-hari dimana terjadi silang pendapat, ngambek hingga marahan. Menurut pengalaman, saat paling sulit ketika terpisah dari anak itu adalah saat anak sakit.
Pada saat anak sakit yang ngeyel, sedangkan istri kerepotan dan capek hingga meluapkan emosi ke anak. Sedangkan saya, hanya bisa melihat semua itu dari layar tanpa bisa membantu istri dan anak. Saat itu, ingin rasanya ada di rumah, sehingga saya bisa membantu pekerjaan istri dan menenangkan anak. Sungguh, parenting saya masih jauh dari ideal.
Secara nyata, parenting jarak jauh bagi seorang ayah itu tidak mudah. Wahai istriku, aku berhutang banyak pada dirimu. Ayah sayang Bunda.
Sepertinya sama dengan saya mas. Saya bekerja di Ibu kota sedangkan anak dan istri saya di Pulau yang berbeda. Sangat sulit ketika istri sudah lelah ingin rasanya membantu Istri. Semoga saya bisa bersatu kembali.. Insya Allah akan indah pada waktunya…
Selamat berjuang, Mas 🙂
Akan ada cerita indah dibalik perjalanan ini 🙂
Semoga bisa segera menyelesaikan urusannya di negeri orang, Mas. Biar bisa pulang dan berkumpul kembali dengan istri dan anak-anak. Memang tak banyak yang bisa dilakukan dari jarak jauh. Karena toh, kehadiran seorang ayah di rumah saja (di luar sikap dan tindakan yang lain) punya nilai yang luar biasa bagi anggota keluarga.
Aamiin. Iya mas, ini aku udah di Salatiga lagi seterusnya. Alhamdulillah. 🙂
Semua tulisan kakak ada benarnya, saya sendiri anak dari LDM ortu sejak masi bayi hehehe cuma karena dulu teknologi tidak secanggih saat ini, interaksi dan kekuatan emosional saya dengan ayah sangat kurang sekali. ayah saya juga tipe orang pendiam jadi alhasil kalau ketemu pasti canggung
Semoga anak2 mbak bisa tumbuh dengan lebih baik dibanding yang dialami mbak Andayani ya mba. Aamiin.
salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan video call.. ini cara paling mudah dan murah. dan yang pasti si anak bisa lebih mengenal sosok ayahnya
Iyaa… tetapi video call sering bisa mati gaya, kalau kita tidak piawai dalam memilih bahan obrolan.
Luarbiasa juga mas istrinya strong!!karena mengasuh satu anak saja tidak mudah. Apalagi dua anak. Keep spirit!
Iyaaaaa.. alhamdulillah, istriku strong.. Smoga aku bisa menjadi suami yang lebih baik baginya, aamiin
Setiap hal ada masanya mas… mungkin saat ini LDM adalah pilihan yg harus dijalani… demi masa depan yang lebih baik suatu saat
Bener banget, Bang!
Long Distance Marriage ini memang sungguh tantangan ya Mas, apalagi kalau sudah punya anak. Mudah-mudahan nanti bisa lekas kumpul di kota yang sama agar bisa quality time terus dan parentingnya tak terhambat 🙂
Aamiin mbak Gilang 🙂
Semoga segera pulang dan berkumpul bersama anak dan istrinya ya kak, biar bisa bantuin istrinya wkwkwk. 3 hal yang dilakukan bagus tuh kak, tapi jangan terjadwal kak, misalnya tetiba video call gitu atau malah setiap hari vc kan pasti seneng tuh kak.
Kebetulan, nyaris tiap hari video call. Tetapi jamnya sering yg gak pasti.
Subhanallah. Tak terbayangkan betapa beratnya menjalani LDM. Meski bisa diatasi dengan video call dan lainnya tetap saja tidak menggantikan keberadaan yang nyata sosok ayah pada keluarganya. Semoga segera berkumpul pak.
Syukur alhamdulillah, mulai februari ini aku udah di Salatiga seterusnya Bang 🙂
LDR sama pacar aja susah. Apalagi kalo sama anak dan keluarga ya. Semangat mas Ari, semangat untuk yg sedang LDR..
🙂
Iya, bener banget, susah. tetapi insyaAllah sebentar lagi udah barengan lagi.
Belum pernah ngerasain sih LDM. Sepanjang hidup, ayahku pindah-pindah tugas, kami diboyong semuanya. Sampai rapor SD-ku ada empat. Haha…Pernah sih bentar waktu anak bayi, cuma sekitar 9 bulan, udah itu nyusul suami deh ke Bandung. Semoga cepat lulus ya, jadi berkumpul semua deh sekeluarga.
Aamiin, mbak 🙂
Semoga tetap strong dalam menjalani long distance married dan semoga lekas kembali ke Indonesia.
Aamiin. Terima kasih, Mbak. 🙂
Luar biasa Mas dan keluarga bisa LDM. Semoga sehat selalu dan dilancarkan segala urusan, aamiin. 🙂
Berat, mbak. Semoga kami disegerakan berkumpul lagi mbak.. aamiin.
Kayanya aku ngga bakal sanggup LDM, Pak. Anakku kalo lepas dari bapake mesti sakit. Ditinggal tugas luar kota, yo panas. Rasane ngga mungkin iso LDM
InsyaAllah setiap keluarga (dan orang) ada batas bisa dan gak bisa yang berbeda-beda kok kak. Nggak masalah, yang penting skeluarga selalu bahagia dan barokah hidupnya. Aaamiin.
Pengalaman yang menarik tentang LDM. Soalnya saya belum pernah mengalami apa yang dialami oleh mas. Soalnya masih sendiri.
Semoga pengalaman yang saya share disini, bisa menambah sedikit pengetahuan untuk Mas Hendra 🙂
Pasti kangen berat ya mas, LDM beda negara sama istri. Saya yang LDM beda kota aja rasanya udah kangen bgt, apalagi kalo kerjaan rumah banyak dan anak rewel, rasanya pengen tidur aja. Haha.
Cepet berkumpul lagi dengan keluarga ya, Mas 😊
Terima kasih atas doa baiknya, mba 🙂
InsyaAllah sebentar lagi kami akan bersama-sama dan gak kepisah dalam jarak dan waktu lagi.
Ditinggal ayah beberapa hari saja, rasanya sudah gak enak dan tidak karuan. Ini LDRan dalam kurun waktu yang lama. Pasti berat banget
Alhamdulillah, aku beruntung banget karena istriku sabar dan strong, mbak.
Yakin nih mau bantu istri pas kerepotan sama urusan anak 😅😬. Kerenlah buat para suami yang masih mau bantu istri padahal sudah capek dengan urusan kantor.
Buruan selesaikan kuliahnya biar cepet kumpul lagi sama keluarga mas 😊
Lah udah biasa kali mbak, kalau aku sama istri tu berbagi peran ngurus anak. Misal duluuu pas arisan sore, si kakak Aria usia 1,5 tahun aja ama aku. Aku mandiin, dandanin dan jalan2 sore pake sepeda roda tiganya sambil disuapin.
Pas kemudian adeknya Aria, dik Arka usia 1 tahunan juga sama, aku pernah gendongin Arka naik motor buat jemput mas Aria trs balik lagi, anterin bobok Arka sampai ibunya balik. Kata istri.. aku tu penakluk si little Leo (sebutan si Arka, mbak)
Baru LDM suami-istri (belum ada anak-anak) rasa sulit ini sudah ada 2 putra ya mas, salut banget buat istrinya. Semoga masa-masa LDM segera berlalu dan bisa bersama lagi dengan istri & anak-anak.
Kalau masih ada kakeknya bisa banget nih menggantikan sejenak peran ayahnya. Cucu lelaki biasanya sangat nempel dengan kakek & neneknya.
Kebetulan, saat ini tinggal nenek dari pihak istri saja mbak. Insya Allah bulan Februari ini, kami bisa berkumpul kembali dan gak kepisah lagi. Aamiin.
Dan iya, Istriku luar biasa strong dan sabar ngadepin kami bertiga (suami dan 2 anak laki-lakinya ).
Salah satu kendala baik saat LDR maupun LDM adalah menenangkan partner kita saat terjadi sesuatu, karena bagaimanapun juga tidak ada yang bisa menggantikan pelukan fisik.
Betul banget, Mas.
Coba cari sosok ayah dari pihak istri (pakde atau Paman). Pilih yg paling peduli dan suka sama anak2. Sering ajak anak2 kerumah Paman atau pakdenya tsb.
Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan, Mas 🙂
Tipsnya mantul nih, yang tebak tebakan receh belum begitu membumi. Tapi kacaknya bisa dicoba
Ikan… ikan apa yang sering berhenti…
hmm… ikan pause.