Model komunikasi terkini yang sudah serba online, membuat hampir semua hal dapat dibincangkan di dunia maya. Poligami, yang awalnya hanya dibahas secara (relatif) tertutup di forum pengajian, saat ini kemudian menjadi semakin ‘panas’ dibahas. Lantas, konsekuensi apa sih dari poligami? Bagaimana dengan monogami?
Poligami dalam logika
Praktek poligami atau mempunyai istri lebih dari satu, sebenarnya bukan budaya dalam agama tertentu. Bahkan, poligami sudah dipraktekkan sejak sebelum Islam ada, tetapi tidak dibatasi jumlahnya (di Islam, maksimal 4 istri).
Untuk itu, saya tidak akan membahas poligami dari sudut pandang agama, tetapi hanya dari logika saja.
Peribahasa kalau kamu tidak mau dipukul janganlah kamu memukul, layak saya terapkan saat saya akan membahas poligami ini. Saya memposisikan dari sisi perempuan dan laki-laki, untuk mengetahui logika dari poligami.
Biasanya, saat kaum perempuan ditanya tentang persetujuan poligami, saya yakin hampir kesemuanya akan menjawab:
Saya setuju poligami, asalkan bukan suami saya.
~(Nyaris semua) Ibu-ibu diseluruh dunia~
Nah kalau saya, sebagai laki-laki, ketika ditanya pilih mana, antara poligami atau monogami? Maka saya akan menjawab: Monogami.
Kemudian, ternyata ada teman (yang kebetulan dia pro poligami) meledek saya: “Halah ntar misal kamu gak cocok ama istri gimana? Kalau poligami kan bisa ganti-ganti yang diajak ngobrol dan diajak ena-ena.”
Bagi saya, menikah itu cukup 1x seumur hidup. Kalaupun akhirnya saya ingin punya istri yang lain, maka bagi saya lebih baik bercerai dan menikah lagi daripada saya poligami.
~arigetas, 2017
Masalah utama dalam poligami itu apa sih?
Menurut saya, satu-satunya masalah dalam menjalani poligami adalah kesulitan (bahkan saya berani jamin, ketidakmungkinan) seorang manusia, terutama jenis laki-laki, untuk BERSIKAP ADIL kepada semua istri-istrinya.
Ada video rekaman suara dari Cak Nun, yang kebetulan saya pun sependapat:
Ah Arigetas, kamu lebay! Aku bisa adil kok ke istri-istri aku.
Oke, kalau anda memang bisa merasa berbuat adil, silahkan dijawab pertanyaan-pertanyaan renungan ini:
#1 Dalam memilih istri kedua, saya akan memilih yang lebih muda dan lebih cantik? Atau saya akan memilih janda yang sedang membutuhkan pertolongan?
#2 Setelah saya menikah untuk yang kedua, saya ingin lebih banyak tinggal bersama istri kedua atau istri pertama ya?
#3 Saat saya tiba-tiba bangkrut atau jatuh miskin, kira-kira antara istri pertama dan istri kedua, yang akan lebih ikhlas menemani hari-hari sulitku nanti siapa ya? Akankah mereka berdua tetap akan mau bersamaku?
#4 Ketika akhirnya aku sakit parah, aku ingin dirawat oleh istri pertama atau istri kedua ya?
#5 Aku tuh ingin punya istri lagi saat aku sedang kesulitan uang. Atau, aku ingin punya istri lagi ya saat aku punya uang yang berlebih.
#6 Aku lebih sayang ke anak-anak dari istri pertama atau istri kedua ya?
#7 Aku rela gak ya, kalau putri-putriku nanti dipoligami oleh suami mereka?
#8 Coba anda tengok ustad-ustad, artis atau siapapun panutan anda yang berpoligami, apakah istri kedua mereka lebih muda dibanding istri pertama? Apakah secara fisik lebih menarik istri kedua atau pertama?
Okelah, itu saja 8 pertanyaan/pernyataan renungan buat anda yang kepikiran ingin poligami. Saya yakin, sebenarnya anda sudah tahu di dalam hati anda, bagaimana efek poligami itu kepada kaum suami dan istri.
Tapi aku tu ingin membantu janda yang sedang kesulitan, gimana dong kalau tidak poligami?
Wah anda ini senang amat terjun ke semua persoalan sendiri dan tidak kenal istilah delegasikan tugas ya? Solusinya ya sederhana. Anda diskusikan ke istri pertama anda, kemudian anda minta istri pertama anda untuk membantu si janda tadi.
Misalnya setiap awal bulan disisihkan sekian rupiah untuk si janda beli beras misalnya. Atau apapun bentuk bantuannya, tetapi yang jadi ujung tombak itu istri anda dan bukan anda. Sehingga anda akan terhindar dari fitnah, bukan?
Baca juga: Modus ibu-ibu perumahan menyerobot antrian itu apa saja sih?
Lantas, apa keunggulan Monogami?
Keunggulan monogami adalah, anda hanya cukup fokus mengurusi satu istri dan anak-anak. Apapun masalah yang timbul, kalian berdua lah yang terlibat untuk menyelesaikan masalahnya. Yakinlah, masalah-masalah yang timbul di pernikahan monogami itu lebih sedikit daripada poligami.
Bagaimana kalau Monogami dan ternyata kami tidak bisa punya anak?
Tergantung kesepakatan berdua sejak awal menikah. Apa sih alasan kalian tidak bisa punya anak? Misal rahim istri lemah, suami bisa berpikir untuk mencari istri kedua untuk meneruskan garis keturunan. Ketika itu terjadi, dan akhirnya istri kedua hamil dan melahirkan anak, kira-kira apa yang ada di hati istri pertama? Aku yakin hancur perasaannya.
Lantas, apabila dibalik, kalian tidak bisa memiliki anak karena sperma suami infertil alias tida bisa membuahi sel telur istri. Apakah istri boleh minta cerai, untuk kemudian menikah lagi dengan suami baru dan memiliki anak? Bagaimana perasaan suami? Aku yakin harga diri laki-laki suami hancur sehancur-hancurnya.
Solusi terbaik untuk saling menjaga hati, adalah kalian mengadopsi bayi dan membesarkan dia seperti kalian memiliki anak sendiri. Iya, saya setuju bahwa rasanya memang tidak akan bisa sesayang kita kepada anak kandung sendiri, tetapi itulah solusi terbaik menurut saya.
Akhir kata, silahkan anda poligami asalkan anda bisa adil, dimana adil itu bukan tentu harus sama. Apabila anda gagal untuk adil, maka anda sudah masuk ke jebakan yang namanya nafsu rakus/tamak hingga seksual. Ada banyak hati yang akan terluka tatkala anda tidak berlaku adil.
Tentu, anda boleh memiliki pendapat yang berbeda dengan apa yang saya tulis di atas.
Titip salam getok palanya buat temannya yang ngomong:”Kalau poligami kan bisa ganti-ganti yang diajak ngobrol dan diajak ena-ena”
Masha Allah, masih hidup ya manusia kek gitu, isi kepala cuman buat enaena, padahal yang diajak enaena, belum tentu juga merasakan hal yang sama *eh.
Astagfirullaaaahhh maapkeuunnn sayah baper, wakakakaka.
Sejujurnya, poligami di masa sekarang itu sah-sah saja, asal bukan suami saya?
Mungkin juga, karena saya tidak punya sesuatu yang bikin suami punya hak untuk poligami, kecualiiiii memang takdir, kayak cerita di bukunya Asma Nadia ‘Surga yang tak dirindukan”
Poligami itu terjadi begitu saja, memang udah takdirnya.
Dan kalau itu terjadi, entahlah apa yang bisa saya lakukan, yang jelas saya pasti yakin kalau Allah hanya akan kasih kita sesuatu yang bisa kita pikul, atau masih dalam batas kemampuan kita.
Punya sesuatu yang bikin suami berhak poligami.
Ini yang sebenarnya wajib dikampanyekan.
Biar poligami ini adil di mata semua orang.
Tapi saya tulis di blog saya aja deh, panjang soalnya, entar komentar saya lebih panjang dari tulisan utamanya wakakaka.
Oh ya, satu kagum dan salut dari pikiran Mas Ari, yang udah jauh-jauh dari yang pemikiran poligami
Saya juga cuman mau menuliskan pemikiran beberapa orang tentang poligami:
Buya Hamka:
Saya menolak berpoligami, karena saya melihat umi saya begitu menderita karena ayah berpoligami, saya juga kehilangan sosok ayah karena ayah sibuk dengan ke-4 istri-istrinya.
Seorang ipar (kalau nggak salah) Buya Hamka:
“Saya menyesal telah berpoligami, gara-gara poligami banyak impian saya terhenti, hanya karena saya sibuk menggilir istri-istri saya, agar mereka tidak merasa kalau saya gagal berbuat adil”
Nah, dunia ini luas, bukan semata enaena aja.
Banyak hal-hal hebat yang bisa dilakukan, kalau nggak cuman fokus urusin banyak istri.
As you know kan ye, wanita ituuuu super complicated di mata pria.
Dan saya ternganga, banyak yang pengen mengkoleksi lebih dari 1 wanita wakakakakakak
SUPER!
Yuni jadi pingin tahu, bagaimana jawaban lelaki yang pro dengan poligami atas kedelapan pertanyaan itu? Hanya sebatas ingin tahu apa yang menjadi jawaban mereka.
Yuni juga nggak masalah sih dengan poligami ini, asal bukan suami Yuni aja yang poligami.
Jawabannya? Saya belum tahu mbak. Tapi saya yakin jawaban mereka akan berkebalikan dg yg kontra.
(eh macam mana pula jawaban aku ini hahahah 😀 )
poligami itu sebuah pilihan, pilihan untuk setia pada satu pilihan atau menambah pilihan. Tetapi diantara semuanya, yang harus menjadi perhatian utama adalah kesiapannya seseorang itu untuk mendua, apakah dia akan bisa bersiap adil ataukah berat sebelah
Jadi bang Sadli maunya gimana? 😎
Duh pembahasannya kok berat gini ya. Kepala langsung geliyeng bacanya. Hikz…
Haduh maaf ya Mbak… pikiran saya sering random dan keluar yang aneh2 buat ditulis..
Saya jadi curiga, Mas Ari memiliki keistimewaan yaitu punya oikiran yang random.
Saya jadi penasaran, jangan² Mas Ari juga pengen random juga nih milih rumah istri yg mana buat dikunjungi di akhir pekan. 😂
Eits.. Btw Kak Ny. Ari gak sering baca komenan Mas Ari kan wkwkw
Yang sering baca blog aku tuh anak sulungku, Aria (9 tahun) Mas 🙂
Semua istri menginginkan tempat yang di hati suami. Begitupun sebaliknya. Poligami dianjurkan agama itupun dengan segudang syarat-syarat yang mesti di penuhi. Jadi hati-hati lah jangan terjebak oleh hati hehehe…
Bener banget mbak. Syarat dan ketentuannya banyak dan rinci… Salah sedikit auto tergelincir ke hal negatif bagi banyak hati. 🙁
Hehehe, “saya setuju poligami asal bukan suami saya.” ini sering sekali kumendengarnya. Nah, aku sendiri maunya kalau nanti nikah enggak dipoligami. Ya gimana, ku tak rela cintaku dibagi dua. Dan aku setuju sama mas arigetas, kalau mau nolongin orang (misal : janda) ya enggak harus dengan jalan dinikahi juga kan. Apalagi kalau jandanya lebih muda dari seseorang yang berstatus istri.
Wah makasih mb Gilang udah berkenan mampir..
Kalau yang janda lebih muda, lebih semlohay ama lebih gemesin. Ya udah alarm tingkat tinggi sih itu. 😀
aku sih nggak mau klo bsok d poligami, tpi aku nggak mau melarang atau mengharamkan poligami karena diagama diperbolehkan, perkara ada laki yang modus berpoligami dengan cara yang salah dan buat alasan pemuas nafsu aja wallohu alam, alloh yang akan membalas. wahahahhah
🙂 Iya mbak Rini. Semua ada syarat dan pra-syaratnya …
Kalau aku memaknainya dari segi mampu
Logikanya, tugas utama seorang suami adalah mendidik keluarganya, termasuk istrinya. dalam beberapa kasus, ada beberapa teman yang malah disuruh menikah lagi oleh istrinya. justru karena merasa suaminya baik banget.
jadi mampu itu, salah satunya kalau istri yang menawarkan lebih dulu
kalau istrinya masih menolak, kan berarti istrinya sendiri menilai ni laki buatku sendiri aja masih ada kurang
Iya mas. Jika mampu. Btw, menarik ini mas cerita ttg teman2 mas yang justru diminta menikah lagi.. Karena di lingkar pertemananku, belum nemu yang begitu shg belum ada yang sharing pengalaman.. Ayok mas ditulis, insyaAllah saya akan melahap semua tulisannya ..
—-
Di luar dari tulisan ini, seandainya istriku yang menawarkan terlebih dahulu.. Maka aku justru yang kebingungan. Hahahaha.
renungan renungan di atas sangant membuat saya terpukul dan pada akhirnya saya ingin fokus monogami saja mas daripada poligami.. jujur saya belum nikah sih hehe
Halo mas Zee.. btw setelah saya membaca komen dari mas Pringadi, mustinya renungannya ditambahi 1 lagi supaya lebih kaya khazanahnya:
Saat istriku tiba-tiba menawariku untuk menikah lagi, apa yang akan aku lakukan
Poligami?
Sumunggo saja. Wong dalam agama juga diperbolehkan. Tapi, ya itu… Tujuannya poligami untuk apa? Cuma untuk senang2, numpang tenar, atau poligami yang tujuannya seperti Rasulullah. Kalau enggak atau belum bisa kayak Rasulullah mending enggak usah poligami2an daripada beruban sebelum waktunya.
Poligami itu tampaknya gampang, enak. Tapi syarat dan tanggung jawabnya berat.
Iyes mbak.. Syarat dan tanggung jawabnya… bangetttttt bin pol pol beratnya.
Saya pernah melihat postingan disalahsatu media sosial yang isinya kurang lebih seperti ini.
Ada yang mengatakan Poligami sunah Rasulullah. Apakah hal itu benar? menurut cerita yang saya terima persis dengan renungan yang pertama. Rasulullah menikah lagi karena ingin memberikan kemakmuran ataupun pertolongan. Wallahuaalam..
Wallahualam. Karena saya nggak terlalu paham agama, saya menulis ini berdasarkan logika awam saya mas. Kebetulan saya laki-laki, sehingga dikit banyak tahu jalan pikiran dan nafsu laki-laki 🙏 ..
Maturnuwun sudah mampir 😊
Nah nah lho,, kalo aku berfikiran kembali lagi ke tujuannya, poligami untuk apa? ingat pada pernikahan pertama, adakah niatan untuk poligami? atau niatannya timbul setelah menikah.
secara pribadi walaupun saya laki laki, saya tidak setuju sih dengan adanya poligami. dan benarkah yang berpoligami itu berlaku adil? pasti akan ada salah satu yang terluka perasaanya.
Hmm, saya sebagai laki2 yakin kalau niatan poligami itu timbul setelah pernikahan DAN ekonomi meningkat banyak. Kalau ekonomi nggak ningkat atau bahkan drop, yakin deh gak bakal punya niatan poligami.
Saya dari keluarga poligami dan punya satu catatan penting. Berapapun istri, bagaimanapun cintanya, saat merasa sudah dekat kubur akan memilih datang ke istri pertama. Ada beberapa alasan, menurut saya, salah satunya adalah perasaan menyesal telah menyakiti istri pertama selama bertahun-tahun.
Ga usah dekat-dekat poligami, deh.
Btw, jarang yang bahas dari sisi anak. Apa harus saya? Wkwkwkwk
Halo mb Susi. Terima kasih berkenan membagi sedikit ceritanya. Saya menulis ini pun bermodalkan banyak kisah nyata dan dilengkapi dengan membayangkan andai saya punya lebih dari 1 istri, maka yang saya rasakan adalah a b c d. Dan ternyata sesuai dg cerita mbak, ketika sudah dekat kubur (tua, lemah atau sakit), maka suami akan kembali ke istri pertama.
Untuk membahas dari sisi anak, kebetulan saya tidak mempunyai bayangan bagaimana kisahnya. Kalau mbak legawa dan berkenan menulis kisah poligami dari sudut pandang anak, mohon beritahu saya ya mbak. Saya akan membacanya tulisan mbak dengan seksama. Terima kasih 🙂
Ini sih sudut pandang yang antimainstream menurut saya dari seorang laki-laki tentang poligami, mengingat kebanyakan laki-laki pasti setuju-setuju aja dengan konsep poligami. Saya lebih setuju sih sama pendapat mas Ari bahwa kalopun pernikahan tidak berjalan lancar atau apapun alasannya, lebih baik kita bersikap dewasa dan ksatria untuk menyudahi ikatan pernikahan dengan pasangan yang sekarang. Tidak akan pernah ada adil, jika memilih pasangan kedua hanya karena fisik atau alasan materi semata. Apalagi dijaman pria-pria yang sok iya mau poligami gayung bersambut dengan perempuan pelakor. Kelar sih.
Halo Kak. Terima kasih feed back-nya Kak. Makin bersemangat aku nih untuk menulis dari sudut pandang aku tentang banyak hal lain 😁😊
Juaraaaa, super adil pembahasannya dari kedua sisi mas. Buat saya sederhana, kalo suami pengen poligami dengan alasan ABCD, trus dia bilang dia tetap cinta, saya akan bilang. “Orang tidak akan punya pilihan kedua jika sudah yakin dengan pilihan pertama.”
Sepanjang apapun penjelasan seseorang akan sesuatu, kalo ada kata ‘TAPI’ setelah panjang lebar penjelasannya, maka kata-kata yg dipegang adalah setelah ‘TAPI’ itu, karena menunjukkan isi hatinya. Hehehe.
BTW saya punya sahabat yg hampir 10 tahun menikah. Sejak usia pernikahan 5 tahun mereka akhirnya memutuskan untuk berobat intensif ke dokter. Sebelum itu, hanya istrinya yg dijadikan obyek oleh keluarga dan dicap sumber utama mereka tidak punya anak. Istrinya dibilang kurus banget lah, usianya udah tua lah, dll. Setelah 5 tahun dan dokter meminta keduanya dicek bersamaan, ternyata suaminya yg infertil karena sperma yg dihasilkan hanya 2 persen yg bagus. Artinya, setiap 100 sel spermanya, cuma 2 sel saja yg sehat dan bisa menjadi anak.
Setelah itu bagaimana? Istrinya bilang tetap setia dengan suaminya. Bahkan dia bilang, meski suaminya meninggal pun, dia tidak ada niat menikah lagi karena dia cuma ingin bersama suaminya di hari akhir nanti. Masya Allah banget kaaaan.
Jadi yaaa intinya, mikir banget lah wahai kaum pria jika ingin berpoligami. Bahkan Rasulullah SAW, manusia paling suci dan dijamin masuk surga pun tidak bisa 100 persen ‘adil’ ke istri-istrinya. Hehehe.
Woah. Thank you mb Mutia! Ini termasuk salah satu reply-an terpanjang yang pernah saya dapatkan, yang pastinya membuat aku lebih bersemangat untuk terus menulis tentang apa yang berkecamuk dan berputar di kepala saya… yang sering kali ragu tuk ditulis.
Huge thanks Kak! 😀
Sepengetahuanku engga ada dlm klg yg poligami, jadi engga bisa komen. Bahkan dulu yg waktu tingkat I, ada temen pdkt, ayahnya poligami. Mamahku menentang keras. Pdhal tuh cowo baru dateng sekali ke rumah. Wkwkwk…Yawda sebagai anak baik aku menurut. Kata Mamah, lebih baik dr awal jangan deket²…Weleh…
Nah, aku justru yang tidak bisa menemukan kalimat untuk membalas komen ini kecuali: 🙂
Membaca topik kontra poligami yang ditulis oleh lelaki, salah satu perspektif yang jarang kubaca. Biasanya kalau kontra pasti ke perempuan dan lelaki ya… bukan kebanyakan sih tapi yang sering terlihat itu yang pro. Kalau aku sendiri sih melihat kebanyakan orang itu ya ingin poligami cuma nafsu, mereka berdalih mendapatkan pahala dan sang istri dibalas surga. Lah emang cuma poligami ibadah yang bisa jadi kunci surga?
Alhamdulillah, seneng saya dapat compliment seperti ini.. Makasih Mas! Saya ke depan akan mencoba menulis hal-hal dari perspektif laki-laki tentang hal-hal yang jarang dibahas bahkan yang sensitif. 🙂
Wah, Mas Arigetas berhasil menulis topik sensitif dengan menarik. Saya pernah dengar kalau seorang suami ingin poligami, yang harus ia lakukan bukan kenalan atau taarufan dengan calon istri kedua, tetapi membuat istri pertamanya bisa taarufan dan cocok dengan calon istri kedua. Yah, secara umum kalau sang laki-laki sanggup silakan, hanya saja harus siap dengan segala konsekwensi. Dan soal berlaku adil, mungkin bisa adil secara materi, tapi sampai kapan pun hati pasti memiliki kecondongan.
Halo mas. Jujur aku tu takut lho pas mo nulis ini.
Dan iya bener.. membuat rukun dan menerima antara istri 1 dan istri 2 dan selanjutnya itu beneran PR utama.
Poligami kalo bisa berlaku adil ok2 aja, masalahanya untuk berbuat adil se adil-adilnya bukan hal yang mudah, jadi monogami aja deh hehehe
Iya mb.. ADIL. satu kata dooang tapi implementasinya super berat, menurut saya.
Sumpah saya berpikir cukup banyak soal poligami, “apakah semua laki2 berpikiran hal yang sama?”
Tulisan ini memberi pandangan baru bagi saya yang kebetulan merupakan anak dengan orang tua yang melakukan poligami. Terima kasih sudah berbagi
🙏🙏 matur nuwun sudah mampir mb Endah. Mhn maaf kalau tulisan curhat ini menjadi gak nyaman buat mbak 🙏🙏
Menurut saya ya mas, Poligami di zaman sekarang ini sudah mengalami pergeseran makna yang justru tidak sepenuhnya tepat tentang makna poligami itu sendiri.
Berkaca kepada kehidupan Rasulullah, beliau menikahi 9 orang perempuan. Tetapi, istri-istri beliau rata-rata adalah seorang janda yang suaminya meninggal di medan perang. Beliau menikahi istri-istrinya karena ingin menafkahi mereka. Jadi, kalau ada yang mau berpoligami mungkin yang tepat seperti diatas. Namun itu kembali lagi ke individu/pasangan masing-masing.
Saya meyakini poligami itu diperbolehkan, tapi secara pribadi saya lebih memilih monogami.
Iya Mas. Tulisan curhat ini sebenarnya merupakan ungkapan kegelisahan krn melihat poligami saat ini seperti sudah nggak seperti kisah yg mas tulis. Tetapi krn isunya sensitif, sy memilih menulis berdasar logika saya sebagai laki2 saja.
wah ini sensitif banget kayaknya ya mas. hmmm jujur aku kalo ada orang yang ngomongin ini perlahan menjauh, males aja dengerin perdebatan tentang ini.
Iya kak. Waktu mo menulis, saya maju mundur galau, khawatir jd masalah nantinya. Akhirnya sy memantapkan hati menulis ttg ini, tetapi hanya berdasarkan logika pikir otak laki2 saya. Thanks udh mampir kak 🙏
Hmmm poligami ya? Stuju aja sih, yg penting berkecukupan. Kalau saya sih setuju, asal suaminya tajir melintir hihihi
Ahahahhahahaha… Aseekkk…
Memarik, mas. 8 pertanyaan renungan itu sangat mengena buat yang punya pikiran pengin poligami. Saya sepemikiran dengan jenengan. Saya juga punya prinsip, untuk bisa bahagia dalam rumah tangga itu bukan perkara berapa jumlah istri dan anak, melainkan berapa besar kelapangan hati kita menerima kekurangan dan usaha membahagiakan leluarga. Itu saja.
Iya mas.. kelapangan hati. Buat menerima lebih dan kurangnya pasangan kita. Satu aja pasangan kita udah pasti nemu yang gk cocok. Demikian juga pasangan kita dalam melihat kita…
Isunya sensitif mas ari… tapi memang kembali lagi ke masing masing orang… ada yang bakal setuju atau mentah mentah menolaknya… saya memilih untuk tidak berkomentar dan membiarkan orang dengan pilihannya masing2
Sensitif? Bener banget. Saya pun perlu waktu saat bimbang antara iya atau tidak untuk menulisnya.
Kemudian karena ada lingkar relasi agak jauh yang juga kena imbas negatifnya, akhirnya saya pun memutuskan untuk menulisnya dan berdasarkan my own point of view Andai saya yang pengen poligami itu gimana.
Dan saya hanya berani menulis menggunakan pendekatan logika saja Mas.
Thanks udah mampir, mas 🙂
Every single word is ?. Cuman sedihnya, aku jadi inget pernah nonton dokumenter tentang istri-istri yang pro poligami dan omg, please mbak, ibu-ibu, be honest with yourself. love yourself. kadang tu pada rela dipoligami karena alasan surga. imho, ada banyak cara menggapai surga selain dengan cara merelakan suamimu poligami dengan istri yg lebih muda, lebih cantik mbaa. tapi ya memang sih itu tetep balik ke preference masing-masing mau menggapai surga dengan cara gimana.
Maturnuwun mbak Niken. Tapi memang bener, bahkan ada yg (terpaksa) nerima poligami krn takut tidak mencium bau surga. Sadly but true.
Aku meyakini bahwa jalan masuk ke surga itu tidak cuma satu. Sehingga, masing-masing kita bisa memasuki surga lewat pintu terbaik kita. Bisa jadi pintuku dan pintu orang lain itu beda.
Masih banyak cowok yang hanya mengetahui poligami sampai sebatas “diperbolehkan dalam agama.” Padahal, jelas, setelah kalimat itu pun masih disebutkan syarat/kondisi tertentu yang membuat seorang cowok pantas untuk berpoligami. Sekalipun artikel ini nggak diambil dari sudut pandang agama, maknanya secara keseluruhan pun cocok sekali dengan sudut pandang yang diambil dari logika manusia.
Alhamdulillah kalo Deyo bisa memahami.. Aku lebih seneng bahas banyak hal cuma dari logika aja..
Poligami kian mengalami pergeseran tujuan
Betul, mas. Sekarang lebih ke tujuan pemuasan nafsu doang 🙁
Setuju dengan tulisannya mas. Karena untuk berlaku adil sangatlah sulit, bahkan terhadap anak sendiri. Apalagi dengan orang lain
Halo kak. Iya. Aku sendiri bayangin, sama 2 anak aja A dan B, aku gk mungkin bs adil.. pasti condong dikit ke si anak A atau B. Apalagi ke Istri 1 dan 2. 🙁
Ntah orang2 kok bisa klaim bisa adil ya? Caranya seperti apa gt.
Poligami itu mudah ASAL wes sugih wkwkwk… (sudah kaya/mampu) secara harta (harta yang halal tentunya), secara fisik harus prima itu juga sebagai indikator keadilan anda wkwkwk.., dan secara ESQ anda yang diatas rata2 dan terpenting lagi ijin resmi (jgn ijin abal2) dari pasangan. Yang sulit itu berlaku ADIL karena se paling super kecil apapun salah satu pasangan nanti merasa tidak adil walaupun tidak terungkap ke permukaan dengan sikap pasrahnya….disitulah dosa kita…apapun alasannya untuk berpoligami.
betul mas… Poligami itu bisa asal aja.. asal adil.. asal sugih.. asal-asal yg lain 😀
Poligami itu bisa adil, asal jangan ketahuan istri pertama.
He he . . .
HEH… dalil mana itu yang dipake mas Anang? 😀 XD