Sejak bulan Maret 2020 selain karena ada instruksi untuk bekerja di rumah, jalanan menjadi sepi akibat himbauan physical distancing (yang sebelumnya disebut social distancing). Mayoritas masyarakat memilih untuk tidak keluar rumah, bahkan hanya untuk belanja bulanan. Banyak sektor usaha merugi. Lantas, bagaimana imbas corona ke pertanian di sekitar kita? Berikut pengamatanku.
Corona dan Sektor Pertanian
Definisi tentang corona alias COVID-19 yang merupakan virus paling berbahaya, sejak akhir 2019 hingga tulisan ini dibuat (April 2020), sudah banyak diulas. Bahkan, saking berbahayanya, anak-anak sekolah diminta sekolah di rumah hingga waktu yang belum ditentukan.
Pertanian, sering kali dikira hanya melulu soal bercocok tanam, misalnya padi atau jagung. Pengertian pertanian itu sendiri sangatlah luas, yang mana mencakup seluruh pemanfaatan makhluk hidup, baik itu tanaman, hewan hingga segala jenis yang tak kasat mata, misalnya mikrobia.
Untuk mudahnya, pekebun, petani, peladang hingga nelayan dan peternak, adalah profesi yang bergerak di bawah payung besar pertanian.
Imbas Corona ke Pertanian, Apakah Merugikan?
Sebelum ke pertanian, mari berbicara tentang sektor jasa. Bagi kalian yang membaca linimasa media sosial, pasti cukup sering membaca tentang banyaknya tukang ojek online yang sangat sepi order. Bukan hanya sepi orderan ojek, tetapi juga layanan antar makanan. Masyarakat yang bulan-bulan sebelumnya sering banget pesan makanan via ojek online, saat ini nyaris semuanya stop memesan.
Perdagangan di Pasar Modern
Untuk sektor perdagangan misalnya Mal hingga toko modern pun, sangat sepi pengunjung. Bahkan, ada beberapa pengelola mal yang sampai mengurangi bahkan mematikan aliran penyejuk udara (AC), demi untuk menekan biaya.
Para pegawai mal pun sudah mulai resah. Bagaimana dengan stok daging, sayur dan buah mereka?
Apabila toko mereka sepi terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan banyak pegawai yang akan dirumahkan hingga dikenai PHK. Itulah contoh kecil dampak corona ke perusahaan yang efeknya bakalan domino ke banyak aspek lain.
Perdagangan di Pasar-pasar Tradisional Bagaimana?
Pasar tradisional yang menjual aneka hasil pertanian pun tidak luput terkena dampak negatif dari adanya himbauan physical distancing. Sebagai contoh, nelayan saat ini menelan kerugian yang banyak. Saat panenan ikan melimpah, hanya ada sedikit orang yang mau membeli hasil tangkapannya di pasar ikan.
Pasar tradisional lain yang ada di kampung-kampung hingga perkotaan pun juga mengalami penurunan omzet. Pedagang yang memiliki kios di pasar Tanah Abang misalnya, mengaku mengalami kerugian hingga 60%. Begitu juga para pedagang misalnya di pasar induk Klaten, Jawa Tengah yang curhat bahwa dagangannya tidak banyak yang membeli, meski harga relatif tetap.
Harga daging dan telur ayam, relatif tidak naik, bahkan kalah jauh dengan harga jahe yang melonjak hingga Rp55.000,00 per kg.
Pedagang pasar induk Klaten, dikutip dari finance.detik.com
Imbas Corona ke Pertanian yang Positif
Ada hal menarik dari berubahnya pola hidup masyarakat, selama melaksanakan himbauan untuk tetap #DiRumahAja ini. Orang-orang, lebih banyak tidak membeli produk makanan dan minuman yang sifatnya jajanan dan yang kekinian.
Sebagai contoh, sebelum masa pandemi korona, ada tren mulai dari ais kepal milo sekian tahun lalu, hingga aneka produk minuman dengan boba yang terbuat dari tepung tapioka sekian bulan lalu. Saat ini, semua produk makanan minuman kekinian itu tidak banyak pembeli dan penjualnya.
Tren minuman saat ada pandemi ini, adalah Dalgona Coffee yang juga menggunakan produk pertanian yaitu kopi dan gula jawa (gula aren). Alih-alih orang menjualnya, banyak orang mencoba membuat Dalgona Coffee secara mandiri dan menguggahnya di media sosial, misalnya Twitter.
Andai tidak ada pandemi corona, maka bisa ditebak kios yang menjajakan Dalgona Coffee akan menjamur dimana-mana.
Contoh di atas menunjukkan bahwa secara umum pertanian tidak benar-benar mengalami kerugian, tetapi terjadi pergeseran minat. Pergeseran ini menunjukkan bahwa manusia kembali lagi ke kebutuhan makanan dan minuman primer mereka, serta tidak mengejar yang namanya makanan serta minuman sekunder atau tersier.
Beberapa efek positif di sektor pertanian akibat pandemi ini adalah:
- Pedagang Sayur Keliling.
Aku tinggal di perumahan, yang warganya sangat peduli dengan himbauan physical distancing. Saat adanya pandemi ini, sistem pembelian sayur, tempe dan aneka produk dagangan dilakukan dengan cara pemesanan melalui WhatsApp semalam sebelumnya. Keesokan harinya, pedagang sayur keliling tersebut hanya mengantar belanjaan tiap pelanggan dan menerima pembayaran dari setiap pelanggannya. - Petani Padi dan Sayur.
Di sekitar rumahku, ada selepan beras yaitu tempat untuk mengeringkan gabah dan menggilingnya (mengupas kulit ari gabah) sehingga jadi beras. Omzet penjualan beras langsung dari sumber primer ini menjadi naik, karena masyarakat yang membeli mandiri ke mereka. Petani pun senang karena secara tidak langsung, ini memutus rantai distribusi beras dari petani, tengkulak hingga pedagang besar dan kecil.
Efek dari masyarakat yang menjadi membeli beras langsung dari KUD maupun selepan beras menjadikan harga beras relatif stabil, meski permintaan meningkat.
Pengamatan ala-ala arigetas.com
- Petani Hidroponik.
Ini aku dan beberapa temanku mengalami sendiri. Sebelumnya, banyak orang selalu mengandalkan produk pertanian dari pasar alias beli saja karena praktis. Dengan adanya pandemi ini, orang berfikir untuk mulai menghasilkan produk pertanian secara mandiri. Mulai dari menanam empon-empon seperti jahe, hingga membangun set hidroponik untuk sayuran. Bagaimana dengan aku?
Ternyata, pepaya dan jambu getas merah yang dari halamanku, laku dijual ke mas-mas pedagang sayur lho!
Akhir tulisan, pandemi corona ini ternyata membuka peluang dan skill usaha yang mungkin selama ini belum disadari. Pertanian, sampai kapanpun aku yakin akan tetap bertahan dan menang selama orang memerlukan makanan dan minuman.
Ayo jadi petani, mulai dari lingkup terkecilmu.
Semua tentukena imbas dri pandemi ini. Di 3 bulan pertama banyak usaha yang rontok dan kebingungan. Namun seteah itu usaha rumahan mulai muncul dan lebih bisa bertahan, apalagi mereka dapat suplay bahan langsung dari petani atau pasar-pasar.
Iya mba, semua berubah menjadi lebih kreatif dan lebih inovatif dalam bertahan hidup. Sektor pertanian merupakan sektor yang akan tetap menjadi andalan, karena semua orang perlu makan.
Semua sektor terkena imbasnya. Di 3 bulan pertama memang banyak yang kebingungan dengan perubahan drastis yang terjadi. Tapi setelah itu usaha kecil rumahan justru bangkit. Dan bahan yang mereka gunakan suplai dari petani langsung.
Bener banget mas. Aku yang biasanya untuk camilan selalu beli sekarang kebanyakan bikin sendiri. Alhamdulillah jadi makin terasah skill memasaknya. Tapi ya semoga pandemi ini segera berakhir agar keadaan dapat kembali normal
Wahahahha.. tosss Mbaaa.
Mungkin yg terdampak, para kelompok tani yg terbiasa supply supermarket di mall, ya ms. Krn kunjungan ke Mall memang turun drastis. Tp harusnya diakali spt yg ms info di atas. Terjadi pergeseran minat beli.
Sepertinya, kita memang dituntut lbh kreatif di masa pandemi si virus ini.
Semoga Alloh Swt selalu membukakan pintu rejeki-Nya bt kita semua.
Aamiin
Iya mba, memang kudu kreatif.
Pisang tanduk favorit keluarga kami juga tuh. Paling asik dipotong jadi 3 atau 4 trus dikukus aja. Kalau digoreng takut makin gendut karena kebanyakan minyak tepung mesis dan kental manis… kalau di tempat mas Ari dibikin apa?
Kolak, goreng, nugget, prol dan panggang.
Efek pandemi ini buat petani malahan dibilang bagus ya. Hampir semua orang berburu buah dan sayur. Dan rata-rata harganya naik dua kali lipat nanas yang biasanya Rp5.000 jadi Rp10.000, kangkung yang biasa Rp2.000 Rp4.000, pisang kepok Rp7.000 jadi Rp15.000 . Itu pun syukur-syukur kalau barangnya ada, mau ke pasar tradisional para pedagang dan aku lebih terpapar virus. Beli di tukang sayur sekali belanja kadang sampai Rp 100.000 itu cuma di masak 2 hari. Duh apa kabar segala pencitraan emak-emak Uang belanja Rp 50.000 selama 1 minggu? Wkwkwk
Wah kok mahal… ini harga di kota besar ya Mba?
ommm itu pisang tanduknya kok ginuk-ginuk plus dedek gemes yg disebelahnya juga wkwk, aku juga merasakan banget nih dampak korona pada keadaan dapur 🙁
Iyaa mba, pisang tanduk yang kami tanam memang nyempluk ginuk-ginuk ini mba 🙂
Setuju kak kalau bidang pertanian tak akan mati dan tetep eksis, selagi ada kehidupan. Lha semua kan bergntung pd hasil pertanian. Ya kan?
betul. Selama manusia perlu makan, maka petani harusnya tidak akan kesulitan menjual produk buminya.
Pasar Dinoyo Malang 50 meter dari rumahku, mas. Cidek bingit hehe. Harga jahe di Malang 44rb/kg. Masih ada sawah juga walau sawahnya sudah banyak jadi rumah.
Wah, dekat tandon air Dinoyo dong mba rumahnya 🙂
Yang paling terdampak memang pasar tradisional menurut saya Mas, karena pelaku ekonomi di sana berjualan untuk memenuhi kebutuhan harian, kebanyakan barang yang dijual barang yang tidak tahan lama seperti bahan mentah. Kasihan mereka, semoga wabah Corona bisa segera berakhir
Iya mas… aamiin.
Seminggu sekali, suamiku yang belanja ke supermarket untuk keperluan rumah, sendirian. Aku dan anak-anak di rumah aja, sama sekali enggak kemana-mana sejak ada himbauan, karena kedua anakku pengidap asma, jadi aku jaga ekstra.
Sementara untuk kebutuhan sayuran aku WA ke penjual sayur rumahan dekat komplek, yang akan mengantar belanjaan saat kita pesan. Saat kehabisaan baru pesan lagi. Alhamdulillah masih lancar semua. Kalau nanam-nanam dulu nanam sendiri waktu masih punya lahan, sekarang setelah pindah ke Jakarta jadi minim lahan, hiks. Tapi rencana nanam di pot nanti…jadi ada ide nanam-nanam lagi
Semoga kedua anaknya sehat-sehat ya Mba. Aamiin. Ayok menanam mba… pake pot pun jadi…
Dampak ekonomi dari korona sangat terasa. Di tempat saya ada penjual nasi yang berhenti katanya bahan untuk jualan mahal dan sepi pembeli…
Saya juga menanam sayuran secara hidroponik, jadi selain untuk hiburan juga supaya lebih hemat….
Sedih sih lihat pedagang kesulitan menjual, tetapi ya apa mau dikata ya Mba 🙂
Selama manusia masih hidup dan makan industri pertanian dan turunannya diperlukan sangat mas arie… memang saat ini hamapir semua sektor mengalami perlambatan ekonomi.. kita doakan semoga derita ini cepat berlalu dan kita bisa beraktivitas seperti sedia kala… amin 😇😇
Aamiin Bang 🙂
sama mas, di sini waktu ke pasar kramat jati Jakarta timur sepi udah kaya lebaran. orang2 malah milih pulang kampung krn ga ada yg ke pasr juga. tapi tukang sayur keliling dan warung sayur tetap laku meski blm pake WA kaya mas ari
Paling sebentar lagi, Mba… merambah dunia WA pesan sayuran sehari sebelumnya 🙂
wah jadi semangat nanem nih hehe, sebenarnya kalau kita rajin jadi bisa lebih irit banyak ya mas. tapi ya itu harus rajin rawatnya biar jadi hehe. seneng banget panen pisang sendiri, gede-gede lagi itu pisang waaaaah
Iya mba, alhamdulillah. Semoga abis ini kita smua lebih rajin dalam memanfaatkan lahan semungil apapun… aamiin.
Iya bener sekali, dampak ekonomi dari korona ini memang terasa. Di daerah saya ada penjual nasi yang sudah gak jualan, katanya bahan-bahan untuk jualan mahal dan sepi pembeli.
Saya juga nanam sayur hidroponik. Selain untuk menghemat, juga sebagai hiburan supaya tidak bosan😁😁
Aku yang tadinya ga pernah membeli di tukang sayur keliling sekarang jadi langganan tukang sayur keliling, biasa beli di mol. Jadi pengen nanam2 di rumah nie tapi lahannya kecil banged. Btw dalgona coffe hits pas pandemi ya aku ga ngeh euyy,kalau ga ada pandemi pasti dimana2 ada dalgona coffe dan rame penjual coffe hits ini ya.
Bener banget nie kak, jadi pengen punya tanah buat nanam2 gitu, aku sekarang jadi beli sayuran di pedagang keliling tadinya selalu di mall. Ehh dalgona coffe pas pandemi ini ya hits ,kalau ga pasti antri tuh dan dimana2 jualan dalgona coffe
Oh jelas, kalau tidak ada pandemi, hits dalgona ini akan mengalahkan tren ais kepal milo
Pedagang sayur keliling itu pas banget pengalamanku mas. Ibu-ibu di kompleks rumahku di Surabaya ni sekarang, malas ke pasar. Mereka jadi langganan ke pedagang sayur keliling, dan tak terkecuali aku dong. Sampai-sampai aku dan bapak tukang sayurnya tukaran nomor hp. Kekeke. Jadi, aku mau pesan apa aja, tinggal whatsapp beliau, trus diantar ke rumah di hari yg ditentukan. Sip banget deh pokoknya.
Waahh bisa mirip yak di daerah lain juga 🙂
Iya mas, kami menghemat karena ga tau sampai kapan pandemi ini. Jd ga jajan, lauk pun secukupnya, nasi tempe n sambal aja, ato nasi sayur n ikan asim, gitu2 lah menghemat. Bgs juga ya ide berkebun di rumah, memanfaatkan lahan sempit hehe
Iya Mas… semoga bisa terlaksana ni idenya.
Banyak yang berubah dan menyesuaikan sedelah pandemi covid-19 ini. Pertanian mungkin terkena imbas juga, rantai distribusi yang lambat bisa saja menyebabkan hasil pertanian rusak sebelum sampai ke konsumen. Semoga aja wabah ini cepat berlalu
AAmiin….
Dengan adanya dampak corona ini segala sektor pertanian mengalami penurunan daya beli dari masyarakat. Seharusnya pemerintah harus turun tangan untuk menanggulangi permasalahan ini.
Semoga pemerintah dan semua elemen masyarakat bisa melakukan upaya sesuai porsinya. Masyarakat membantu dengan semaksimal mungkin berada di rumah.
setuju banget mas ari
petani itu hebat ya mas. rela nanam tanaman loh biar kita dapat makan nasi. harus kita apresiasi nih.
Banget. Petani itu profesi yang sebenarnya penting banget. Tetapi kenapa nggak dianggap penting oleh sebagian generasi muda.
Mupeng pisang tanduk nya. …😩😩
Uwuwuwuuwuwu… mampir mBelan Mba… tapi setelah pandemi 😀
Orang tuaku juga petani sawah. Belum terasa sih efek Corona di sini. Semua petani masih beraktifitas seperti biasa. Enaknya, bahan pangan nggak perlu beli banyak2… yang beli biasanya gula, kopi dan bawang aja. Sisanya dari hasil tanaman dan ternak sendiri. Efek nggak bisa ke mana2… hehehe
Alhamdulillah kak 🙂
Lika-liku hikmah corona ternyata ada juga ya hal positifnya mas. Tapi semoga segera berlalu wabah ini karena saya merasakan dampak negatifnya, hiks. Oiya saya penasaran banget tulisan di blog hitam bagaimana ya buat kayak gitu. Salam kenal
Aamiin. Btw itu kotak hitam, di WordPress kan bikinnya pakai block, nah setiap block bisa kita beri warna apa yang kita mau mba.
Sy ngiler Ama pisang tanduknya . Ditmpt sy pisang tanduk 5000/biji. Btw punya lahan luas ya kak bisa ada tanaman pisang segala. Enak ya jadi bisa tanam sayur mayur dan empon2 sendiri.
Nggak luas sih mbak. Kebetulan belum ada dana buat bangun tanah di samping rumah aja mba…
Kalau di sini penjual sayur masih dagang mas
Dan tetap rame yang beli sih
Bahkan ada yang juga menawarkan pesan antar, jadi tinggal WA ke abang sayur, trus dianterin ke rumah. Lebih praktis sih jadinya ya
Menurutku malah lebih laris lho sayuran segar saat ini, karena orang2 lebih sadar untuk mengkonsumsi makanan sehat
Iya mba… bener. ini pulalah salah satu alasanku mo belajar nanam sayur di halaman samping rumah 🙂
Saya bergerak di bid pertanian organik. Peemintaan meningkat 200%. Kebun organik seluas 2000 m2 habis sayurnya dalam 2 minggu
Alhamdulillah … semakin meningkat ya mas, kesadaran akan konsumsi sayuran.
Petani harus tetap ke sawah. Sawah2 tidak boleh kosong. Tetap sehat pak tani…
Aamiin. Ayok tetap semangat bertani!
Tapi dengan adanya ini kita lebih menjaga kebersihan dan yang paling penting semoga ini segera berlalu dan para nelayan bisa melaut kembali
Iya betul. Kebersihan tangan dan kaki setiap pulang ke rumah, meningkat drastis. Juga, setiap pulang dari kantor udah auto mandi lengkap keramas.
Intinya sih wabah ini pasti ada hikmahnya ya Mas. Untung saya gak terlalu hobi boba, karena emang udah banyak yang gak jualan di Mall dekat kantor saya. Semoga wabah ini segera berakhir ya. Aaamiiin
Aamiin.
Yang pasti, semua orang jadi peduli kebersihan ya mas, sejak ada pandemi ini. Hihi … soalnya anakku yang balita sekarang tanpa diingatkan jadi rajin cuci tangannya. Hahaha .. semoga segera berlalu wabah ini. Aamiin
Aamiin..aamiin..aamiin Mba 😌
di perumahanku juga ada sawah mas, gak tau sawah siapa, udah kepepet sama perumahan.
Tapi bener juga, penjual sayur sekarang makin ramai juga.
Cuma pasar sih juga tetep ramai. rumahku cuma setengah kilo dari pasar.
Yang kerasa itu udaranya jadi bersih banget, bahkan di siang hari.
Nah iya, polusi udara terasa berkurang signifikan ya Mas …