Anak Belajar di Rumah dan Ibu yang Jadi Pusing #dirumahaja

Anak belajar di rumah dan ibu yang pusing karena harus belajar lagi mengajari dengan sabar

Corona alias korona menyerbu dan memaksa banyak pekerja agar melaksanakan gerakan kerja dari rumah alias work from home (WFH). Sekolah pun sudah lebih dahulu diliburkan dan mewajibkan agar anak belajar di rumah yang dipandu oleh orang tua, misalnya sang ibu. Hanya dalam waktu 2 hari berjalan, banyak ibu-ibu sudah protes dan mengeluh pusingnya mendidik anak-anak mereka di rumah. Kenapa begitu ya?

Cara Anak Belajar di Rumah

Setiap anak itu adalah unik. Saat belajar di sekolah, guru bisa menggunakan standar tengah untuk mengajar sehingga materi pelajaran dapat diserap dengan optimal untuk seluruh murid. Saat anak dipaksa belajar di rumah karena adanya bahaya korona, maka setiap anak akan mendapatkan cara dan kualitas pendidikan yang berbeda-beda. Berikut langkah ideal kegiatan belajar mengajar yang dapat diterapkan kepada anak khususnya usia Sekolah Dasar (SD):

1. Beri pemahaman tentang COVID-19

Sebagian besar anak usia SD (di lingkungan tempat tinggal saya) awalnya terlihat bahagia saat tahu mereka diminta untuk tetap di rumah masing-masing belajar bersama orang tua. Menurut mereka, berada di rumah selama 14 hari kedepan adalah sama dengan liburan.

Supaya anak-anak tidak salah memahami, maka perlu diberikan pengetahuan ringkas tentang COVID-19:

  • COVID-19 merupakan singkatan dari COrona VIrus Disease 2019. Virus korona ini dikenal pertama kali saat muncul di kota Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok dan menyebar dengan cepat ke negara-negara lain.
  • Penyebaran virus korona ini utamanya dari orang yang terinfeksi korona yang meskipun belum menunjukkan gejala sakit

Karena gentingnya keadaan, maka dengan terpaksa anak-anak diminta untuk tetap berada di rumah dan belajar secara mandiri bersama orang tuanya. Anak-anak juga tidak diperbolehkan main dengan teman-teman sebayanya dahulu.

2. Orang tua wajib mempelajari materi sebelum diajarkan

Saat malam hari, orang tua (ayah dan ibu) sangat disarankan membaca materi di buku ajar anaknya, sebelum keesokan harinya mendampingi sang anak belajar. Ayah dan ibu bisa berdiskusi materi apa yang akan diajarkan kepada si anak esok hari, berikut strategi pembelajaran yang dirasa paling sesuai.

Misalnya sang ayah tetap bekerja di luar rumah, maka ibu menjadi satu-satunya pendamping saat belajar di rumah. Saat itu, kesabaran dan kreativitas seorang ibu benar-benar mengalami ujian, lho.

3. Tentukan jadwal belajar yang konsisten

Setelah mempelajari materi yang harus dipelajari oleh anak, maka saatnya orang tua menentukan jam belajar anak dengan tegas. Jam belajar di rumah sejatinya lebih fleksibel, misalnya dimulai dari jam 8 pagi hingga jam 12 siang untuk Aria (kelas 2 SD).

Selama jam belajar, maka orang tua harus konsekuen dengan tidak memberikan gangguan kepada anak misalnya mematikan TV dan tidak memegang HP saat di dekat anak.

Jadwal belajar dan aturan ini mau tidak mau harus dipatuhi, karena kalau sampai molor maka kegiatan dapur ibu bisa berantakan.

4. Aktif berkomunikasi dengan guru

Saat ini, komunikasi antara orang tua murid dengan pihak sekolah (guru/wali murid) maupun dengan sesama orang tua murid satu kelas, sudah baik. Tak lain adalah karena semua orang saat ini sudah aktif berkomunikasi menggunakan grup WhatsApp. Setiap pagi, melalui pesan WhatsApp guru sekolah Aria (kelas 2 SD) mengirimkan materi pelajaran yang harus selesai dipelajari dan dikerjakan hari itu.

Teorinya, pagi mulai mengerjakan dan sebelum makan siang sudah selesai. Tetapi faktanya … anak molor mengerjakannya!

Sebagai penunjang kesuksesan kegiatan belajar mengajar di rumah, sebaiknya melakukan kegiatan sebagai berikut:

  1. Kirim foto anak saat mulai belajar per hari.
    Ketika anak tahu bahwa mereka harus absen ke guru melalui foto yang dikirimkan via WhatsApp, maka mereka akan lebih termotivasi untuk memulai kegiatan belajar setiap pagi.
  2. Laporkan hasil anak belajar setiap hari.
    Ketika anak selesai mengerjakan materi dan tugasnya, pastikan untuk memfoto hasil pekerjaan mereka secara jelas dan dikirimkan ke gurunya. Tujuannya tidak lain adalah untuk menunjukkan bahwa si anak benar-benar sudah melakukan kegiatan belajar secara mandiri pada hari itu.
  3. Minta koreksi dan evaluasi dari guru.
    Setelah mengirimkan hasil pekerjaan, saatnya meminta peran guru untuk membaca, mengkoreksi dan memberikan nilai untuk setiap tugas anak yang sudah selesai dikerjakan dan dikirimkan melalui pesan WhatsApp.

Kenapa Ibu Pusing Saat Anak Belajar di Rumah?

Coba anda buka buku pelajaran SD misalnya di buku paket tematik untuk anak SD kelas 2. Saya 99% yakin bagi anda (terutama yang belum memiliki anak usia sekolah) akan mengatakan:

Ah, mudah gini pelajaran anak SD kelas 2 … Guru pasti pekerjaannya gampang nih.

Tetapi pada faktanya, kesulitan utama dalam kegiatan belajar mengajar untuk anak usia Sekolah Dasar kelas 2 misalnya, adalah bukan di berat atau tidak materinya. Mengelola emosi serta mengatur anak-anak SD supaya mau semangat belajar adalah kendala utamanya.

1. Godaan Setan HP atau Gadget saat anak belajar di rumah

Materi kegiatan belajar mengajar dikirimkan melalui pesan WhatsApp. Anak-anak dengan terpaksa memegang HP orang tua untuk membaca materi dari guru. Nah, saat memegang HP inilah sering timbul godaan untuk bermain-main dengan HP. Misalnya malah sibuk memilih video YouTube-lah atau justru bermain game online.

Selain itu, saat menunggui anak kadang orang tua juga memegang HP misalnya membuka media sosial atau berbalas pesan dengan kolega. Saat anak melihatnya, maka bisa jadi anak akan mupeng untuk ikutan bermain HP.

2. Anak lebih takut kepada guru daripada orang tua

Secara umum, biasanya anak lebih segan kepada guru di sekolahan mereka, dibandingkan kepada orang tuanya sendiri. Saat di sekolah, biasanya anak termotivasi untuk rajin mengerjakan karena ada banyak teman melakukan hal yang sama. Selain itu, mereka segan kalau sampai dimarahi guru karena lambat mengerjakan.

Semua hal rajin yang dilakukan di sekolah, seringkali menjadi mentah saat anak belajar secara mandiri di rumah. Di rumah, anak berani beralasan a, b, c hingga z untuk menunda mengerjakan PR. misalnya.

Alasan yang disampaikan anak untuk menunda mengerjakan pun bermacam-macam dan kadang bikin geli. Tiba-tiba lapar, ngantuk, hingga berubah jadi rajin bantuin menyapu atau menjaga adiknya pun disampaikan demi dapat menunda mengerjakan tugas mandiri πŸ™‚ πŸ˜€

3. Ibu sehari-hari bukan berprofesi sebagai guru

Aku pernah membaca di beberapa status WhatsApp dan juga postingan di Facebook dan Twitter yang intinya adalah:

Ibu pusing mengajari satu orang anak belajar di rumah? Saya sih bisa santai ngadepin 48 anak lho di sekolah

Netizen x, y dan z.

Haduh, membaca status di atas, jujur membuat saya rada sebal. Kenapa? Ya namanya kalau sudah berprofesi dan sudah jadi tenaga pendidik, sudah belajar sekian tahun dan dibekali lah dengan ilmu buat menghadapi anak-anak sekolah.

Selain itu, seperti yang sudah ditulis sebelumnya, secara umum anak murid kan bakalan lebih segan kepada gurunya kalau soal kegiatan belajar mengajar. Meski begitu, sebagai orang tua yang cerdas, kita tidak boleh berhenti belajar agar tidak tertinggal.

Kalau anda, ada pengalaman unik apa nih mengajari anak kecil saat belajar mandiri di rumah? Share di kolom komentar, ya!

About arigetas 406 Articles
Family man. Ayah dua orang putra yang suka iseng, absurd, guyon receh serta hobi main badminton. Terkadang bisa serius.

58 Comments

  1. Sebagai guru, saya bisa luar biasa sabar menghadapi anak – anak yang sulit diatur atau malas menyimak pelajaran. Tapii kalau sudah harus ngajarin anak sendiri, entahlah itu kesabaran persentasenya bisa turun sekian persen dibandingkan saat mengajar di kelas. hehehe. .

  2. Aku mulai mempelajari peta ini, satu guru ngeluh karena harus sibuk dengan ponsel sebab harus membalas chat ortu yang nanya. Ibu juga bingung ngajarin anak bagaimana jika materi tidak dikuasai. Setidaknya memang orangtua harus menjadi guru di rumah juga bagi anaknya…. Semangat ibu guru maupun ibu murid anak2

  3. Waduh saya merasakan banget naik darah saat anak-anak sekolah dari rumah. Walau saya juga pendidik, mendidik anak orang sama anak sendiri beda. Kalau sama guru cenderung lebih nurut.

  4. Benaaar sekali…hiks. Anak lebih takut sama gurunya daripada sama emaknya…hihi. Jaga mood anak supaya tetap happy itu susah banget apalagi hawa di rumah kan bawaan pengen main mulu πŸ™

    Alhamdulillah si sulung bertanggung jawab sama tugasnya meski kadang sambil ngomel, tetap aja dia kerjain πŸ˜€

    • Kalau di kami, si sulung kelas 2 SD dan adeknya 2 tahun ini ya berdua sama aja usilnya. saling gangguin dan malah bermain bareng. Hasilnya, istriku KO marah2 lah. Hahahha.

  5. Hari pertama kemarin kedua kakakku sudah curcol dari hato terdalam menghadpai anak masing-masing hahaha
    Angkat topi bagi para guru nihh haha
    Tapi ya itu tadi, guru mah sabar karena udha profes, dan jiwa juga udha suka anak anak plus hobi juga kali ya xixixi
    Lah aku pernah ikut kelas inspirasi yg ngajar anak sd, aku enjoy pas masuk kelas 6 sd, lah pas masuk kelas 1, pengen cepat cepat bel wkwkk

  6. Aiih…segitunya yak? Aq emakΒ² asn yg wfh dengan 2 anak, cowo kuliah sem 6 dan cewe kls 6 SD. Kebayanglah yg gede dah bs dilepas. Kebetulan juga kuliahnya bbrp sdh pakai ujian daring kan mengikuti era 4.0 shg ketika setengah matkul UTS berubah _kudu_ daring ya…no problemo. Emak tinggal pastiin stock makanan di kulkas, meja makan dan laciΒ² _nandya-mart_ full cemilan. Palingan plus alarm super emak u ingetin; kakakkkkk, hari ini ujian jam 8.00 kan?(kekuatan berapa desibel ini ya? πŸ˜…)
    Nah, adiknya. Selama 1,5 minggu school from home ini santuy. Krn tugas 2 minggu diberikan sekaligus. Dan rencananya lembar jawaban baru akan dikumpulkan senin tgl 30 yad. So far, tugas semua dah beres.
    Namun apadaya, si Covid19 belum usai. Dan keluarlah edaran perpanjangan masa sekolah dari rumah ini. Artinya akan ada penambahan tugas lagi. Dan mulailah drama di hari ini karena harus memberikan laporan via foto hasil kerjaan anak, foto ketika latihan SBDP…mulai unggah via wa grup, video call, belajar dengan aplikasi Zoom,google classroom.
    Aah… Heboh bener hari ini padahal tanggal merah ya(emang ngefek saat wfh, haha)
    Smoga besokΒ² hariΒ² akan kembali damai. Krn kantor emak belum ada edaran perpanjangan wfh.
    Doain ya Oom Ari, MNdha sll mau nemenin adik Nadya kerjain tugasnya.
    Aamiin. Salam buat bunda dan duo Aria Arka…muaach

  7. Lengkap banget tipsnya untuk menemani anak-anak belajar di rumah. Bisa nih nanti artikelnya Kak Ari kureferensikan ke ipar-iparku yang sejak anak-anak libur sekolah, mereka pada ngeluh betapa susahnya jadi guru buat anak-anak. Hahaha. Pada manja nih ipar-iparku

  8. benar sekali kak, saat sekolah menyuruh muridnya belajar di rumah mau tidak mau kita harus mulai membaca agar jika si anak tanya ke kita, bisa jawab.tapi memang jadi pusing

  9. Disitulah pentingnya orang tua untuk ikut membimbing anak agar lebih giat belajar. Ilmu yg didapat di sekolah terbatas waktu, tp ilmu yg diperoleh hasil bimbingan orang tua jauh lebih banyak.

  10. hihi aku mengikuti update perkembangan para buibu yang memiliki pekerjaan tambahan selama WFH ini karena kemarin saat hari minggu kakak iparku pada ke rumah dan mengalirlah curhatan mereka semua. Apalagi dari segi kuota sih katanya kan satu keluarga dg keluarga lain gabisa disamaratakan.

  11. Sebagai orang yang sehari bekerja sebagai guru saya dapat membayangkan repotnya ibu-ibu dalam mendampingi anaknya belajar. Sebab jika membayangkan apa yang terjadi di sekolah, mengajar sungguh menguras tenaga.

  12. Kwkwk..aku bangets ini. Meski anakku sudah leumayan besar ya, yang gede kelas 9 dan kecilnya kelas 5. Yang kelas 9 sudah ngerti sendiri, ada Google Classroom dan grup Line kelas. Lha yang kelas 5 ini kabur melulu, bikin Ibuknya bertanduk kwkw

  13. ada juga lho mas, anak yang lebih berani pada guru ketimbang orangtuanya. hehe,,,kata mereka mending sekolah aja, sebab ortunya lebih galak. apa karena faktor anak sendiri jadi berani bentak2in kalau anak susah diajari.

  14. ternyata menjadi seorang guru itu itu tidak mudah. para orang tua benar-benar merasakan sendiri beratnya jadi guru saat situasi corona seperti sekarang ini. namun di balik semua itu pasti ada hikmahnya

  15. Faktanya baru 2 hari belajar di rumah, anak-anak udah minta pergi sekolah lagi. Mereka akhirnya sadar bahwa emaknya lebih galak dari gurunya. Hahahaha. Memang guru itu ada ilmunya, khususnya ilmu sabar.

  16. Untuk semantara waktu belajar dari rumah adalah pilihan yang harus diikuti..suka atau tidak suka… tinggal kita mensiasatinya seperti yg mas arie lakukan diatas

  17. semangat buat ibu-ibu selama maasa karantina ini, wajar sih pusing soalnya kan biasanya emang di sekolah ya belajarnya dan pastinya PR anak untuk dikerjakan di rumah juga banyak selama 14 hari ini. semoga saja tetap sehat selalu sekeluarga

  18. Saya pernah jadi guru privat, guru ajar di sebuah sekolah, dan guru asrama. Tantangannya luar biasa berat. sekarang jadi guru buat anak sendiri. Tapi masih kecil namun sudah lumayan luar biasa tantangannya. Jadi benar semua ada tantangannya masing-masing.

  19. Saya pernah baca di mana gitu, saat anak belajar di rumah ibu menjadi segalanya. Jadi guru, jadi penjaga sekolah, jadi ibu kantin dan sebagainya. Luar biasa benar peranan ibu ini.

    Lalu bapak jadi apa? Ya, jadi kepala sekolahnya. Luar biasa betul bapak ini, tapi saya yakin Mas Ari gak gitu. Pasti mau jadi guru atau petugas kebersihan ya. #damai

  20. Aku bilangnya setan gepeng mbak haha, karena aku dan anak tiap hari di rumah, idealnya memang harus punya 8 daftar piliha kegiatan wkwkw, tapi ujung ujungnya kami free style dah, manajemen emak ni berantakan, kudu diperbaiki lagi huhu

  21. Betul sekali anak belajar dirumah bikin pusing ibunya. Seperti pengalaman saya, habis mandi, sarapan pagi, bertengkar lalu berantakin rumah. Habis itu minta makan lagi. Jadi memang perlu membuat jadwal belajar supaya liburan anak terarah dan ibunya tidak pusing…

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*